Rabu, 26 Agustus 2009

Penetrasi Pasar ala Telkomsel


Kamis, 27/08/2009 09:50 WIB

Difabel Dilatih Jadi Teknisi Ponsel
Achmad Rouzni Noor II - detikinet


Jakarta - Telkomsel melibatkan 100 pemuda untuk ikut pelatihan teknisi ponsel yang digelar di enam wilayah: Bukit Tinggi, Lampung, Tawangmangu, Tegal, dan dua lokasi di Jakarta, yakni Ancol dan Ragunan. Uniknya, di antara seluruh peserta yang ikut terdapat sejumlah difabel.

"Di antara seratus peserta yang mengikuti pelatihan ini, kami juga menyertakan sepuluh pemuda yang memiliki cacat tubuh namun masih mampu menggunakan kedua tangannya," sebut GM Corporate Communications Telkomsel, Azis Fuedi dalam keterangan tertulis yang dikutip detikINET, Kamis (27/8/2009)

Pelatihan yang menitikberatkan pada pembekalan teknik dasar reparasi ponsel dan strategi bisnisnya ini, akan digelar selama dua minggu sejak 26 Agustus sampai 9 September dalam event Telkomsel Siaga 2009. Diharapkan, para pemuda terpilih ini dapat mengembangkan potensi diri dalam berwirausaha.

Aziz menjelaskan, materi pelatihan merupakan kombinasi dari teori dan praktik, mulai dari pengenalan komponen ponsel, peralatan reparasi, hingga simulasi berbagai kasus kerusakan ponsel dan cara penanganannya.

"Melalui metode pelatihan yang sistematik dan memadai ini, kami berharap semoga bisa menjadi bekal bagi para peserta sekaligus menciptakan peluang wirausaha," tandasnya.
( rou / faw )

Minggu, 23 Agustus 2009

Ultrathin si Notebook $399


Teknologi


23/08/2009 - 12:58

Netbook Murah Bakal Tergusur
Budi Winoto


INILAH.COM, Jakarta – Dominasi netbook murah bisa terancam dengan hadirnya kategori laptop ultrathin yang sedang tumbuh pesat. Laptop ultrathin lebih menarik dari netbook karena mampu bersaing dalam hal fitur dan harga.

Ultrathin lebih menguntungkan karena kategori laptop ringan ini portabilitasnya menyamai netbook. Namun begitu performanya cukup untuk menjalankan semua aplikasi seperti multimedia definisi tinggi, serta game kelas berat. Kategori ini muncul pertama kali saat Hewlett-Packard (HP) pada Januari lalu mengenalkan laptop DV2 yang harganya sekitar US$ 700.

Dibandingkan laptop ultrathin, netbook hanya didesain untuk surfing web dan menjalankan aplikasi dasar seperti software word processing. Netbook juga memiliki performa lebih rendah, dan hanya memiliki keyboard kecil serta layar 8 inci hingga 12 inci.

Dell mengenalkan laptop ultrathin Inspiron 11z pertamanya US$ 399 pekan ini. Harga itu masuk ke ranah netbook kebanyakan yang ada saat ini. Dengan layar 11.6 inci, laptop itu memiliki portabilitas netbook tapi dengan kemampuan laptop penuh, kata Anne Camden di situs blog Dell.

Laptop itu dipersenjatai prosesor Celeron 723 yang berjalan dengan kecepatan 1,2GHz. Prosesor ini lebih powerfull dibandingkan Intel Atom yang ada di netbook. Laptop yang memiliki berat 1,36 kilogram itu beda tipis dari netbook Dell kebanyakan. Fiturnya juga memasukkan kemampuan memainkan video definisi tinggi, sesuatu yang tidak mungkin ada di netbook.

Jika produk Dell dijadikan sebagai indikator, maka harga laptop ultrathin yang saat ini di kisaran US$ 500 dan lebih mahal akan turun, kata Roger Kay, presiden Endpoint Technologies Associates. Ia mengatakan laptop ultrathin juga bisa menggigit penjualan netbook yang unggul dalam harga antara US$ 200 hingga US$ 500.

Intel telah tak tahan untuk mempromosikan laptop ultrathin, tapi hingga kini harganya terlalu mahal, kata Kay. Sementara Intel dan Advanced Micro Device (AMD) sama-sama menyediakan chip untuk produsen laptop ultrathin.

Harga Dell Inspiron 11z merupakan langkah cerdik dan bisa membuat laptop ultrathin sebagai alternatif netbook bagi konsumen yang mempertimbangkan harga, kata Kay. Ultrathin menyediakan performa superior, sedangkan ukuran dan berat sama seperti netbook.

"Itu harga yang sangat agresif, tapi tidak memiliki batasan performa seperti netbook," papar Kay. Sebagai contoh, ultrathin bisa menjalankan Windows 7 Home Premium, di mana netbook rata-rata tidak bisa menjalankannya.

Bangkitnya laptop ultrathin ini juga menguntungkan Microsoft yang ingin mendapatkan profit lebih besar dari segmen laptop low-end. Penjualan netbook kelas berat telah mempengaruhi pendapatan Microsoft, dan raksasa software itu berharap keuntungan besar di pasar laptop ultrathin yang mulai bangun.

Revenue Microsoft berhasil mencapai puncak akibat pengapalan netbook di tengah turunnya PC global selama triwulan keempat tahun fiskal 2009. "Ada situasi di mana Microsoft mencoba memasarkan Windows 7 yang profitable ke pasar low-end," imbuhnya.

David Daoud, research manager di IDC mengatakan Microsoft merencanakan akan menawarkan Windows 7 Starter yang bisa berjalan di netbook, tapi juga ingin mendorong versi yang lebih mahal semacam Windows 7 Home Premium yang dapat berjalan di laptop ultrathin. Karena hal itu akan bisa menghasilkan revenue lisensi yang lebih besar.

"Laptop ultrathin akan berusaha kembali ke mode normal dengan tingkat harga tinggi jadi ada margin bagi semua orang, tapi ekonomi faktor yang sulit dikendalikan," kata Daoud.

Ekonomi saat ini sedang tidak mendukung dan perbedaan US$ 50 berarti besar bagi konsumen. Sementara beberapa pembeli tidak peduli mengenai performa atau ukuran dalam membeli netbook.

“Ada kebingungan di pasar. Beberapa konsumen sungguh tidak peduli. Bagi mereka ultrathin, Atom, mungkin mereka tidak tahu bedanya," kata Daoud. Sementara laptop mainstream juga merasakan tekanan harga di mana konsumen akan berpindah ke netbook dan ultrathin dalam mencari perangkat untuk mobilitas. [E1]

Harga Netbook satu juta rupiah

Teknologi


17/08/2009 - 08:31

Netbook Rp 1 Juta Siap Banjiri Pasar
Budi Winoto

INILAH.COM, Jakarta – Pada akhir tahun, netbook dengan harga sangat murah akan hadir ke tangan konsumen. Netbook murah ini menggunakan prosesor ARM. Vendor PC di China bahkan sudah menjual netbook itu kurang dari Rp 1 juta.

Vendor Lanyu dari Shenzhen China telah membuat netbook paling murah di planet bumi. Netbook yang disebut eBook LY-EB01 itu hanya dibanderol seharga Rp 980 ribu, lebih murah dari ponsel kelas menengah.

Memang dengan harga semurah itu, hardwarenya dalam kategori low-end. Netbook itu mengusung prosesor ARM 266 MHz AK7802Q216, RAM 128 MB, TFT LCD 7 inci 800 x 480, konektifitas Wi-Fi, baterai 1800mAH Li-Ion dan Microsoft WinCE 5.0. Netbook ini juga memiliki modem 56K.

Saat ini netbook tersebut baru tersedia di China dan belum jelas apakah akan dijual di negara lain. Netbook ini sangat berguna untuk mengecek email serta memainkan beberapa game misalnya solitaire.

Netbook murah berkat penggunaan prosesor ARM. Selain perusahaan China Lanyu, beberapa perusahaan Taiwan dilaporkan sudah siap merilis netbook berbasis ARM yang juga disebut smartbook. Netbook itu bahkan akan masuk pasar pada akhir tahun.

Prosesor ARM SnapDragon Qualcomm dan NVIDIA Tegra akan digunakan pada netbook terkenal semacam Asus, Acer dan Foxconn. Bahkan pembuat netbook China yang lain, Compal telah menunjukkan produknya di pameran elektronik terbesar CES. Pembuat netbook lain yang juga melirik potensi ini adalah Inventec dan Mobinnova.

Smartbook itu diposisikan sebagai jembatan antara smartphone dan netbook. Smartbook membawa fitur populer yang ada di smartphone ke dalam gadget yang lebih besar.

Sama seperti smartphone, smartbook menyediakan akses ke internet melalui jaringan seluler. Gadget ini itu selain bisa menyala dengan sekejap, baterainya mampu bertahan hingga 10 jam sekali charge. Produk ini sedikit berbeda dari netbook yang konektifitasnya melalui Wi-Fi.

Smartbook ukuran besar akan memiliki desain sama seperti notebook. Sementara yang lebih kecil akan mirip tablet layar sentuh atau perangkat mobile internet. Smartbook berbeda dengan smartphone yang biasanya memiliki layar maksimum 3,5 inci. Sementara smartbook memiliki layar 5 inci hingga 12 inci.

Sejauh ini sudah 15 vendor termasuk Acer, Samsung, LG, HTC dan Asus yang komitmen akan mengembangkan smartphone atau smartbook Snapdragon. Qualcomm menyebut akan ada 30 produk Snapdragon sebelum akhir tahun ini.

Akhir tahun ini, konsumen diperkirakan akan disuguhi pertarungan yang menarik. Akan terjadi pertarungan yang keras antara netbook Intel Atom yang ada sekarang melawan ARM Cortex A8 yang sudah ditunggu sejak 2007.

Akan terjadi pertarungan sengit di dalam hal harga, performa serta efesiensi baterai. Cortex A8 dinilai lebih murah dan lebih hemat listrik dibandingkan Intel Atom. Lalu apakah smartbook akan bisa meraih sukses? Konsumen diperkirakan akan tertarik dengan penawaran baru smartbook.

"Smartbook mewakili langkah lebih maju dibandingkan fungsionalitas smartphone, Orang yang suka kemampuan e-mail BlackBerry akan tertarik dengan layar yang lebih besar dan mendapat keuntungan dari smartbook yang selalu terkoneksi," kata Bill Davidson, Vice President Senior Global Marketing Qualcomm..

Google juga akan mempopulerkan smartbook melalui platform mobile Android. Sedangkan pembuat PC termasuk Dell dan HP telah berpengalaman menjalankan Android di netbook.

Apalagi menurut analis Enderle Google Android akan lebih cocok untuk smartbook. Adroid sejak awal didesain untuk prosesor ARM yang menjalankan smartphone. [E1]

Rabu, 12 Agustus 2009

Free Trade Sebuah Ancaman ?


Ramai-ramai Industri Otomotif China Siap Caplok Pasar Indonesia

AGUNG KURNIAWAN

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaku bisnis otomotif nasional, termasuk sektor pendukungnya, perlu waspada. Pasalnya, banyak industri asal China sudah melirik bahkan siap mencaplok pasar kendaraan bermotor Indonesia. Mereka kini gencar mencari mitra usaha untuk memasarkan produknya.

Seperti dilakukan produsen motor listrik Sunlin asal Kota Zongshan, Provinsi Guangdong. Mereka tengah mencari distributor lokal di Tanah Air. "Kami sengaja datang ikut pameran untuk melihat kondisi pasar, mempelajari seberapa besar potensi yang ada di Indonesia, dan kalau bisa mencari partner lokal di sini," ungkap Amy Lou selaku Regional Manager Sunlin (Zhongshan Hongtai Electronics Co LTD Sunlin Electric Vehicle Division) di pameran IndoAutomotif, JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (12/8).

Dari rombongan industri otomotif China yang tampil di IndoAutomotive 2009, terdapat produsen velg motor, Zhe Jiang Dawning Industrial Co LTD, yang tengah melakukan hal yang sama. Kemudian, ada Shanghai Unison Alumunium Products Co LTD, produsen velg aluminium yang sudah mulai merambah pasar Indonesia sejak 10 tahun lalu.

"Penjualan kami di Indonesia setahunnya sekitar 30.000 unit. Saat ini, produk kita baru diimpor oleh satu perusahaan di Indonesia, makanya kami berminat untuk mencoba memasarkan lebih luas lagi," ungkap Kenny Ke, selaku Wheel Business Manager Dept Unison.

Sebagai negara berkembang, Indonesia memang perlu lebih berancang-ancang lagi membenahi kualitas produk dalam negerinya. Bayangkan saja, pada Kamis ini akan ditandatangani kerja sama Free Trade Agreement (FTA) antara ASEAN dan India.

Bukan hanya itu, perjanjian serupa dengan China sudah dilakukan, tinggal menunggu implementasinya pada Januari 2010. Setelah itu, sudah menunggu juga Australia dan New Zealand untuk merambah pasar Indonesia melalui kesepakatan ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Area.

Ini artinya, setiap barang yang akan masuk ke Indonesia hanya akan dibebani bea masuk terendah atau bahkan hingga dihapuskan. Jadi, jelas harganya nanti bisa lebih murah. Sekarang tinggal kualitas saja yang paling menentukan minat konsumen.

"Untuk itu, kita perlu segera mengimplementasikan teknologi terhadap kemampuan industri kita. Jangan sampai nantinya berdaya saing rendah dan kalah dengan penetrasi produk mereka. Ini sebuah keharusan dan kita dipaksa untuk bisa maju," ungkap Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian (Depperin) Ansari Bukhari dalam pembukaan ekshibisi itu.

Nah, siapkah Indonesia ?

AGK
http://otomotif.kompas.com/read/xml/2009/08/13/08341430/ramai-ramai.industri.otomotif.china.siap.caplok.pasar.indonesia