Kamis, 29 Desember 2011

Tegakkan Terus Etika Bisnis

Monday, December 19th, 2011
oleh : Harmanto Edi Djatmiko

Tak konsistennya penerapan Good Corporate Governance telah menyeret Amerika Serikat dan Eropa ke jurang krisis. Sialnya, semua negara harus menanggung dampaknya. Saatnya etika bisnis kian ditegakkan.

Tanpa motif mencari laba, jangankan tumbuh besar, sekadar bertahan pun sulit bagi suatu perusahaan. Bersumber dari laba, perusahaan bisa melakukan banyak hal penting: menggaji karyawan, membayar pajak, meningkatkan kualitas produk dan layanan, dan seterusnya. Dari laba pula, perusahaan berpeluang melakukan ekspansi usaha sehingga membuka kesempatan kerja lebih luas dan membayar pajak lebih besar ke kas negara. Perusahaan jelas beda dari yayasan atau bentuk-bentuk semacamnya yang sedari awal menyatakan diri organisasi nirlaba (nonprofit organization), walaupun dalam praktiknya sering dipakai sejumlah oknum untuk menimbun kekayaan pribadi. Perusahaan, sejak kelahirannya, menyatakan diri sebagai profit organization.
Kendati karena sifatnya itu perusahaan sering dijuluki budak ekonomi kemajuan suatu negara dan bangsa sangat ditentukan oleh kehebatan perusahaan kebanggaan mereka. Bahkan dewasa ini, untuk mengukur maju-tidaknya suatu negara, secara mudah bisa dilihat dari ada-tidaknya perusahaan mereka yang mampu bicara di kancah internasional. Tak usahlah menyebut korporasi sekelas Unilever (Belanda), Mercedes (Jerman) atau Citibank (AS). Di tingkat Asia Tenggara saja, Malaysia kini cukup disegani karena punya Petronas. Singapura punya Singapore Airlines. Thailand memiliki Charoen Pokphand. Filipina terkenal berkat San Miguel. Sayangnya, setidaknya sampai saat ini, rasanya belum ada perusahaan atau brand asal Indonesia yang bisa seterkenal itu di pergaulan bisnis global. Padahal, Indonesialah yang menggagas berdirinya ASEAN.

Walaupun awalnya sekadar mencari laba, dalam perjalanannya, banyak perusahaan raksasa terbukti berperan besar mendinamisasi kehidupan sosial masyarakat. Di Hiroshima, Jepang, misalnya, peran Mazda sangat sentral dalam pemulihan ekonomi dan pembangunan kota itu dari puing-puing kehancuran pascaserangan bom atom pada Perang Dunia II. Di Korea Selatan, selain Hyundai, Samsung dan raksasa sekelasnya yang sumbangannya sangat nyata bagi bangsa Korea, bangkitnya industri kreatif di negara itu juga telah menderaskan arus wisatawan asing untuk sekadar diarahke tempat syuting serial drama cinta Winter Sonata

Yang harus selalu dicermati, tentu saja, bagaimana atau dengan cara seperti apa suatu perusahaan beroperasi untuk meraih laba. Sebetulnya, belajar dari perusahaan yang mampu bertahan puluhan bahkan ratusan tahun, seperti tertuang dalam buku Good to Great karya Jim Collins, rumusnya simpel saja: selain sangat disiplin di aspek finansialnya, mereka selalu menjadi warga yang baik di masyarakat tempat mereka beroperasi. Dalam bahasa Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG), kehadiran suatu perusahaan mestinya mampu memberikan maslahat maksimal dan berkelanjutan bagi semua pemangku kepentingannya (stakeholder). 

Sebaliknya, banyak perusahaan yang buruk penerapan GCG-nya terbukti berakhir dengan bencana. Krisis finansial yang belum lama ini memorakporandakan perekonomian AS juga bersumber dari perilaku perusahaan raksasanya (seperti kasus Enron) yang melanggar prinsip GCG. Begitu pula, bencana serupa yang kini melanda negara-negara Eropa. Para ahli dan praktisi bisnis pun sependapat, kini saatnya semua pemangku kepentingan di AS dan Eropa mawas diri, teristimewa perihal pengelolaan utang dan fiskal yang selama ini memang kurang hati-hati. Terkait krisis finansial kawasan Eropa saat ini, kondisi dan kinerja institusi keuangan di sana belakangan memang terus merosot kualitasnya yang berbuntut krisis kepercayaan dan diikuti krisis likuiditas yang parah.

Di tengah prahara finansial yang kini melanda Eropa, sungguh tepat waktunya SWA mengingatkan lagi pentingnya penerapan GCG secara konsisten. Tahun ini, untuk ke-9 kalinya SWA bekerja sama dengan Indonesia Institute for Corporate Governance, menggelar survei Corporate Governance Perception Index (CGPI). Tahun lalu (2010), ada 13 aspek yang diukur mencakup: transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, keadilan (fairness), komitmen, kompetensi, misi, kepemimpinan, kolaborasi, moral etika, strategi, dan budaya. Tahun ini (2011), tetap 13 aspek, tetapi aspek budaya diganti aspek iklim etikal. Ini untuk menunjukkan kesungguhan dewan komisaris dan direksi dalam menciptakan suasana kondusif agar para anggota perusahaan bertindak jujur, menepati janji, serta menjunjung tinggi tata nilai dan norma yang selaras dengan prinsip GCG dalam upaya mewujudkan bisnis yang beretika dan bermartabat.

Dari hasil survei tersebut, ditampilkan sejumlah perusahaan yang sejauh ini konsisten menerapkan prinsip GCG. Tujuannya agar semakin banyak perusahaan di negeri ini yang mengikuti jejak mereka. Toh, telah terbukti, sejumlah perusahaan yang rajin berpartisipasi dalam survei CGPI sejak awal hingga kini, mengelaborasi prinsip GCG menjadi budaya dalam perilaku sehari-hari perusahaan. Jadi, mereka tahu do dan don’t perusahaan sangat terpercaya,G. Suprayitno, Ketua Juri GCG 2011, menandaskan. Dia mengambil contoh PT Aneka Tambang yang telah melakukan revitalisasi budaya perusahaan. Juga, PT Adhi Karya yang tadinya hanya bergerak di bidang konstruksi, kini menjadi beyond construction disesuaikan dengan perkembangan bisnis terkini.

Kabar baik juga, partisipan survei GCG tahun ini meningkat, dari 28 peserta (2010) menjadi 34 peserta (2011). SWA sangat menghargai perusahaan yang berani berpartisipasi dalam survei GCG ini kendati mungkin mereka bukanlah perusahaan yang ersih Justru di sinilah krusialnya peran para pemangku kepentingan untuk terus menyorot, mencermati sekaligus mengkritisi sepak terjang mereka. Begitu juga para investor, terlebih regulator. Hanya dengan cara itu, etika bisnis bisa ditegakkan dan berkelanjutan di negeri ini.

 http://swa.co.id/2011/12/tegakkan-terus-etika-bisnis/

Minggu, 25 September 2011


Ekonomi Beralih ke China
10 Negara Bagian Kehilangan Pekerjaan Terparah (2)
Oleh: Th. Asteria
Ekonomi - Sabtu, 24 September 2011 | 17:00 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Murahnya biaya produksi di China, memicu peralihan ekonomi besar-besaran dari AS ke negara Tirai Bambu ini dalam satu dekade terakhir. Siapa sangka dampaknya ternyata sangat besar.
Economic Policy Institute (EPI) menunjukkan, AS dalam sepuluh tahun belakangan sudah kehilangan 2,8 juta pekerjaan. Hal ini karena defisit perdagangan yang terjadi, dimana impor AS dari China lebih besar ketimbang ekspor ke negara tersebut.
Bahkan 24/7 Wall St. menemukan 10 negara bagian di AS yang paling tertekan dengan masalah peralihan ekonomi AS ke China ini.
10. Georgia
Perubahan pekerjaan secara bersih turun 87.700, dimana pekerjaan hilang mencapai 101.200 dan pekerjaan yang diperoleh sebesar 13.500. Georgia secara historis dikenal dengan industri tekstil dan bertahan sebagai salah satu negara bagian penghasil kapas terbesar AS. Saat ini, Georgia kehilangan sejumlah besar pekerjaan, terutama industri komputer dan komponen elektronik, tekstil dan pakaian, serta furniture.
9. Massachusetts
Perubahan pekerjaan secar bersih turun 88.600, dimana pekerjaan hilang mencapai 99.300 dan pekerjaan yang diperoleh sebesar 10.700. Beberapa distrik di Massachusetts juga terimbas, dengan distrik Lowell, salah satu pusat tekstil pertama AS dan Lawrence, asal produsen tekstil dan elektronik. Demikian juga distrik yang mencakup Worcester, terkenal dengan kota tekstil, yang kini sudah meningkatkan industri teknologinya.
8. Ohio
Perubahan pekerjaan secara bersih turun 103.500, dengan pekerjaan hilang mencapai 124.100 dan pekerjaan yang diperoleh 20.600. Ohio merupakan salah satu negara bagian manufaktur terbesar di AS, sekaligus rumah bagi perusahaan-perusahaan besar seperti Procter & Gamble dan AK Steel Corporation.
Namun, sektor manufaktur disni anjlok lebih cepat ketimbang secara nasional. Sektor otomotif telah mencatatkan pertumbuhan pengangguran tertinggi sejak 2007, walaupun perusahaan di sektor lain juga berkontribusi mengirim pekerjaan ke luar negeri.
7. Pennsylvania
Perubahan pekerjaan secara bersih turun 107.000, dengan pekerjaan yang hilang mencapai 127.200 dan pekerjaan yang diperoleh sebesar 20.200. Menurut National Association of Manufacturers , industri di Pennsylvania memproduksi 12,5% dari total negara bagian ini dan memperkerjakan 10% angkatan kerja.
Politisi telah blak-blakan bicara tentang dampak China terhadap perekonomian di Pennsylvania.
Senator Bob Casey baru-baru ini menyatakan bahwa praktek perdagangan China yang tidak sehat, membahayakan bisnis Pennsylvania dan mengurangi kemampuan untuk menciptakan pekerjaan.
6. North Carolina
Perubahan pekerjaan secara bersih turun 107.800, dengan pekerjaan yang hilang mencapai 122.400 dan pekerjaan yang diperoleh sebesar 14.600. North Carolina merupakan daerah bagi tiga distrik yang terpukul di AS. Tekstil dan furniture adalah dua industri yang anjlok karena peralihan pekerjaan ke China.
Anggota kongres North Carolina Kongres Howard Coble adalah pendukung RUU 639 terntang Currency Reform for Fair Trade Act, yang mencoba mengatasi masalah ini. "RUU ini setidaknya akan memaksa China untuk bersaing dengan produsen AS," Coble seperti dikutip dari Winston-Salem Journal .
5. Florida
Perubahan pekerjaan secara berih turun 114.400, dengan pekerjaan yang hilang mencapai 134.500 dan pekerjaan yang didapat sebanyak 20.100. Florida biasanya tidak dipertimbangkan sebagai negara bagian manufaktur besar, meskipun unggul di beberapa daerah, seperti manufaktur perangkat medis . Namun, sejak 2001-2010, Florida telah kehilangan pekerjaan hampir 115.000.
Gubernur Rick Scott adalah pendukung hubungan bisnis dengan China, tetapi para politisi lokal lainnya tidak setuju. Pada 2007, Walikota John Mazziotti dari Palm Bay mengusulkan larangan barang yang dibuat di China, menyatakan bahwa kota itu kehilangan pekerjaan karena mereka.
4. Illinois
Perubahan pekerjaan secara bersih tercatat turun118.200, dengan pekerjaan yang hilang sebesar 139.400 dan pekerjaan yang didapat mencapai 21.200. Illinois adalah kekuatan manufaktur tradisional yang telah kehilangan sejumlah besar pekerjaan.
Robert Scott, direktur manufaktur dan penelitian kebijakan perdagangan untuk EPI mengatakan, di Illinois, ada sejumlah besar perusahaan yang terlibat industri produksi suku cadang mobil dan produk pembuat logam. Industri ini sangat terluka pertumbuhan impor dari China. Apalagi China banyak mengekspor elektronik dan baja khusus, industri yang pernah menjadi sektor utama di Illinois.
3. New York
Perubahan pekerjaan secara bersih turun 161.400, dengan pekerjaan hilang mencapai 183.300 dan pekerjaan yang diperoleh 21.900. "New York telah kehilangan 140 ribu pekerjaan manufaktur, terutama dengan upah menengah beberapa tahun terakhir, akibat praktek tenaga kerja yang tidak adil di China," kata James Parrott, wakil direktur dan kepala ekonom di Fiscal Policy Institute di New York.
Sementara Senator New York Chuck Schumer telah berupaya mendorong China untuk lebih menghargai mata uangnya.
2. Texas
Perubahan pekerjaan secara bersih tercatat melemah 232.900, dimana pekerjaan hilang mencapai 269.300 dan yang diperoleh 36.400. Texas sangat tertekan defisit perdagangan dengan China, terutama karena keunggulan industri komputer dan komponen elektronik di negara bagian tersebut. Empat distrik di negara bagian ini mengalami kerugian terbesar atas beralihnya pekerjaan ke China.
Banyak perusahaan China memiliki hubungan dekat dengan Texas. Misalkan dua perusahaan, Huawei dan ZTE , yang telah menyiapkan kantor pusar AS di negara bagian tersebut. Perusahaan minyak CNOOC juga telah membeli jumlah yang sangat besar hak mineral di negara bagian tersebut dalam rangka mengekstrak minyak serpih.
1. California
Perubahan pekerjaan secara bersih anjlok 454.700, dimana pekerjaan hilang mencapai 519.000 dan pekerjaan yang diperoleh 64.300. California telah kehilangan hampir setengah juta pekerjaan, terutama di sektor komputer dan industri komponen elektronik. Selain itu, delapan dari 20 distrik yang paling terpukul ada di sini.
Gubernur Jerry Brown telah mengusulkan cara-cara mendapatkan kembali pekerjaan dari China di luar sektor komputer, salah satunya teknologi hijau. Dalam perebutan kursi gubernur, Brown mengatakan ia akan menciptakan ribuan pekerjaan energi bersih, menggantikan keunggulan China dengan ekonomi teknologi hijau." [ast/habis]


Mereka Pergi ke China
Bagian Ekonomi yang Hilang Dari AS (1)
Oleh: Th. Asteria
Ekonomi - Sabtu, 24 September 2011 | 09:05 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Pekerjaan, unit pekerja, politisi dan ekonom di AS beberapa tahun ini menghilang. Mereka semua beralih ke China. Apa penyebabnya?
Alasannya ternyata sederhana, yakni disparitas biaya yang jauh lebih rendah. Bayangkan saja, ketika pekerja di sektor manufaktur AS dibayar US$50 per jam, termasuk tunjangan dan gaji, para pekerja di pabrik China hanya membutuhkan beberapa ratus dolar lebih per bulannya, untuk melakukan hal yang sama.
Tak heran bila perusahaan-perusahaan AS memindahkan operasinya ke China dan perusahaan taraf global menyukai barang buatan China yang lebih murah.
Menurut Economic Policy Institute (EPI), AS dalam satu dekade terakhir bahkan sudah kehilangan 2,8 juta pekerjaan.
Lebih dari sepuluh tahun silam, impor AS dari China telah tumbuh lebih banyak dari yang bisa diekspor. Hal ini menyebabkan kehilangan pekerjaan yang sangat besar. “Antara 2001 dan 2010, defisit perdagangan dengan China mengurangi 2,8 juta pekerjaan,”ungkap EPI dalam laporan yang dirilis bulan ini.
Adapun sebanyak 1,9 juta pekerjaan, atau hampir 70%-nya bergerak di sektor manufaktur. Kerugian terbesar terjadi di industri komponen komputer dan elektronik. Serta beberapa barang jadi dari sektor pakaian, kendaraan bermotor dan unitnya.
China mampu memiliki keunggulan biaya produksi, dengan memindahkan jutaan pekerja dari daerah pedesaan ke kota-kota dengan fasilitas yang baru dibangun. Bahkan perusahaan-perusahaan Amerika seperti Walmart tidak mampu membeli barang-barang yang dibuat di AS, ketika China membuat barang-barang jauh lebih efisien dan tentu saja, jauh lebih murah.
Tenaga kerja murah mungkin menjadi alasan utama keuntungan manufaktur China, tetapi adanya manipulasi mata uang berarti lain. Sementara biaya tenaga kerja mempengaruhi ekspor China, manipulasi mata uang yang terjadi mendistorsi impor. Meskipun China bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia pada 2001.
Di sisi lain, pembuat kebijakan Amerika telah lama memperkirakan, dengan naiknya kelas menengah China, penjualan perusahaan-perusahaan AS untuk konsumen baru ini juga akan tumbuh. Tapi hal itu ternyata tidak berjalan sesuai ekspektasi.
Akibat manipulasi mata uang China dan praktek-praktek distorsi perdagangan lainnya, termasuk kelanjutan subsidi, hambatan legal dan ilegal untuk impor, dumping serta penindasan upah dan hak-hak pekerja, aliran ekspor AS ke China tidak terjadi "Ditambah keuntungan biaya tenaga kerja, manipulasi mata uang ini telah menghancurkan banyak perusahaan AS.”
Penelitian EPI tidak membuat perkiraan yang tepat dari berapa banyak pekerjaan Amerika yang mungkin hilang, karena keuntungan biaya manufaktur Cina dan kebijakan perdagangan yang dipertanyakan.
Dan kerugian itu, tentu saja, tidak tiba-tiba berakhir pada 2010, tapi terus berlangsung. Bahkan, hampir setengah juta pekerjaan hilang atau salah tempat pada 2008-2010.
Masalah pengangguran di AS begitu parah, sehingga setiap erosi tambahan pada kesempatan kerja dari faktor eksternal, akan membuat pemulihan ekonomi AS lebih sulit. [mdr/bersambung]

Selasa, 06 September 2011

Rupiah terseret ke level terlemah dua pekan

Rabu, 07 September 2011 | 10:47  oleh Dupla Kartini, Bloomberg

JAKARTA. Rupiah terseret ke level terlemahnya dalam dua pekan terakhir. Otot rupiah melemah setelah asing mengurangi kepemilikannya di pasar saham Indonesia. Aksi tersebut dipicu kekhawatiran melambatnya pemulihan global yang bisa menyebabkan lemahnya permintaan ekspor.

Hingga pukul 10.23 WIB, pasangan (pair) rupiah dan dollar AS (USD/IDR) bergerak ke level 8.572, dari penutupan kemarin di posisi 8.558. Bahkan, di awal perdagangan sempat menyentuh 8.578. Ini merupakan level terlemah rupiah sejak 26 Agustus.
Kemarin, Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengungkapkan risiko ekonomi global meningkat. Menurutnya, prospek kawasan Euro akan tergantung pada ketepatan pemimpin Eropa dalam mengambil keputusan. Sentimen ini memicu investor menghindari aset berisiko, seperti saham. Data pasar saham menunjukkan, investor asing menjual saham senilai US$ 40 juta, lebih besar dibanding jumlah yang mereka beli pada pekan ini.

Pada bulan ini pun, mata uang Garuda sudah melemah 0,4%. Rupiah tertekan seiring prediksi ekonom yang menyebutkan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga tetap di 6,7% pada pertemuan besok.

Kepala riset valas Malayan Banking Bhd. Saktiandi Supaat menyebut, risk aversion (keengganan mengambil risiko) berperan besar menghambat investor dalam mengambil posisi di pasar mata uang. "Investor berhati-hati sebelum keputusan kebijakan Bank Indonesia," ujarnya, di Jakarta, hari ini.

Sumber : http://investasi.kontan.co.id/v2/read/1315367256/76798/Rupiah-terseret-ke-level-terlemah-dua-pekan

Jumat, 26 Agustus 2011

Jangan Bergantung pada Emas

KOMPAS.com - Kebutuhan emas pada masa datang bakal terus meningkat. Bukan hanya karena emas menjadi simbol kebudayaan peradaban manusia, tetapi juga simbol gengsi ekonomi.

Tidak mungkin harga emas sampai 2.500 dollar AS - Purbaya Yudhi Sadewa

Banyak analis emas mengatakan, harga emas akan terus meningkat selama permintaan jauh lebih besar dari pasokan. Saat ini, cadangan emas Indonesia tercatat 3.000 ton dan yang sudah dieksploitasi per 2009 baru 65 ton.

Di tengah ketidakpastian ekonomi AS dan Eropa, harga emas di pasar global naik ke 1.822 dollar AS per troy ounce pada Selasa (23/8/2011) dari 740 dollar AS pada Oktober 2007. Bank of America pernah meramal, harga emas dapat mencapai 2.000 dollar AS, sementara JP Morgan mengalkulasi akhir tahun ini menjadi 2.500 dollar AS.

Kenaikan harga emas di Indonesia berkisar antara 20-40 persen per tahun. Tahun 1990, misalnya, harga emas Rp 20.000/gram. Sembilan tahun kemudian, melejit ke Rp 360.000, tahun lalu jadi Rp 430.000, dan Rabu (24/8/2011) menyentuh Rp 540.000/gram.

Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah tak bisa memperkirakan berapa lama harga emas bakal terus di atas Rp 500.000/gram. ”Selama terjadi ketidakpastian ekonomi dan keuangan global, harga emas akan terus melambung,” kata Difi.

Namun, ekonom Danareksa, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan, harga emas perlu disikapi waspada karena semua komoditas tidak imun gejolak yang akhirnya menurunkan permintaan.

Harga emas ditopang persepsi perekonomian AS dan Eropa akan terpuruk. Jika krisis di dua wilayah itu benar terjadi, permintaan emas dunia akan anjlok. Bila produksi emas tetap tinggi, harga jual emas akan turun. Besarnya penurunan harga bergantung dalamnya krisis. Jika krisis sangat parah, dapat diartikan turunnya daya beli masyarakat sehingga permintaan emas turun.

”Tidak mungkin harga emas sampai 2.500 dollar AS. Indeks utama ekonomi di Eropa turun empat bulan terakhir. Artinya, dalam 2-3 bulan bisa saja krisis mulai terjadi di Eropa. Harga emas juga bisa turun karena pemilik usaha akan melepas emasnya untuk membiayai dampak krisis,” tambah Purbaya kepada Kompas, akhir pekan lalu.

Komoditas biasa

Emas perlu dilihat sebagai komoditas biasa, analog dengan harga minyak dunia yang melonjak hingga 147 dollar AS/barrel tahun 2008. Segera setelah itu, harga turun hingga 40 dollar AS. Daya beli turun, sementara pasokan melambung.

Wakil Presiden Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk Herman Djazi sependapat, potensi penurunan harga emas tetap terbuka. Harga emas masih mungkin terkoreksi ke 1.750 dollar AS.

”Harga emas Jumat (19/8/2011), menembus rekor tertinggi sepanjang masa, di atas 1.840 dollar AS. Semua kondisi mendukung peningkatan permintaan emas sehingga perlu ada penjualan masif dan membuat harga terkoreksi,” ujar Herman.

Pejabat Eksekutif Tertinggi (CEO) Vibiz Consulting Alfred Pakasi menyatakan, harga emas akan terus meningkat selama permintaan jauh lebih besar dari pasokan. Permintaan emas, menurut dia, bukan hanya dari konsumen eceran, melainkan juga bank sentral yang akan mendiversifikasi cadangan devisa ke emas. ”Kalau yang belanja Bank Sentral China, pasti skalanya cukup besar,” kata Pakasi.

Menurut dia, sejauh ini, tidak ada data resmi pembelian emas oleh bank-bank sentral. ”Tetapi, wajar jika bank sentral mendiversifikasi cadangan devisanya ke emas saat dollar AS cenderung melemah di tengah longgarnya kebijakan Bank Sentral AS yang mungkin kembali menggelontor pasar dengan uang tunai melalui cetak uang,” kata Pakasi.

Jaminan emas

Emas dalam sejarah menjadi alat tukar dalam aktivitas ekonomi sejak dulu. Pada zaman pemerintahan Julius Caesar di Kekaisaran Romawi, nilai tukar mata uang diukur dengan kadar karat koin emas.

Perkembangan perdagangan yang semakin kompleks menuntut alat tukar lebih fleksibel tanpa mengurangi nilai tukar. Muncullah uang kertas menggantikan koin emas.

Untuk mencetak uang kertas tiap negara tak bisa sembarangan. Perjanjian Bretton Woods tahun 1944 oleh 44 negara mengatur pencetakan uang kertas harus dijamin emas setara nilai mata uang kertas yang dicetak. Itulah yang disebut cadangan devisa emas dan standar emas.

Uang kertas yang akan dicetak harus dijamin harga emas senilai 35 dollar AS/troy ounce. Artinya, satu dollar AS yang akan dicetak harus senilai 1/35 troy ounce emas. Namun, sistem moneter dunia itu tak langgeng. Pemerintah AS kesulitan keuangan akibat kekalahan Perang Vietnam 1971 sehingga tak dapat membayarkan emas sebanyak uang dollar yang dicetak. Maka. kesepakatan dicabut. Saat itulah cadangan devisa sebuah bank sentral tak lagi hanya ditopang dengan cadangan emas, tetapi juga valuta asing dan yang terbanyak berbentuk dollar AS.

Meskipun emas tengah berjaya, Bank Indonesia ogah menambah cadangan emas. ”Emas semakin mahal. Padahal, kami memiliki cadangan emas cukup besar. Jadi, kami tidak beli emas,” ujar Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution kepada pers Jumat (19/8/2011).

Catatan Kompas, Maret lalu, cadangan emas BI naik 1,51 persen menjadi setara 3,34 miliar dollar AS. Kini, cadangan devisa BI 123 miliar dollar AS, terdiri dari valuta asing dan emas.

Difi Ahmad Johansyah menjelaskan, BI tidak menempuh cara yang dilakukan sejumlah bank sentral. ”Berbeda dengan China dan Rusia yang agresif membeli emas untuk cadangan devisa, BI tidak. Alasan China, meningkatkan neraca pembayaran dengan AS. Rusia tentu punya pertimbangan lain,” kata Difi.

Menurut Difi, sistem moneter ala Bretton Woods tidak akan digunakan lagi karena tak mungkin lagi emas menjadi jaminan menerbitkan uang kertas. (HAR/OIN/NMP)


Rabu, 17 Agustus 2011

10 Akuisisi Terbesar yang Dilakukan Google

10 Akuisisi Terbesar yang Dilakukan Google

10-akuisisi-terbesar-yang-dilakukan-google

Raksasa bidang teknologi industri, Google Inc, telah mengumumkan akan membeli perusahaan pembuat ponsel Motorola Mobility Holdings Inc. Dengan pembelian ini, Google diprediksi akan gencar mengincar pasar ponsel, setelah sebelumnya sukses meluncurkan sistem operasi untuk ponsel, Android.

Seperti dikutip dari laman Mashable, Google disebut telah membeli 100 perusahaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Beberapa di antaranya merupakan perusahaan start-up, yang sudah memiliki komunitasnya sendiri. Selain itu, Google juga membeli sejumlah perusahaan pembuat aplikasi dan software, yang memungkinkan Google merajai bidang teknologi informasi.

Berikut merupakan 10 pembelian perusahaan termahal yang dilakukan Google, mengutip dari laman Mashable:

10. dMarc Broadcasting | US$ 102 juta

Google membeli perusahaan advertising dMarc Broadcasting pada 17 Januari 2006. Sebelumnya, dMarc dikenal memiliki jaringan advertising radio terbesar, dengan melayani 4.600 stasiun radio. Oleh Google, dMark kemudian digunakan untuk mengembangkan Google AdSense.

9. On2 Technologies | US$ 133 juta

Google mengakuisisi 0n2 Technologies pada Februari 2010. Selama ini, On2 dikenal sebagai pembuat video codec, atau software yang digunakan untuk kompresi video. Salah satu produk andalan yang dihasilkan On2 adalah True Motion, dengan segala variannnya (True Motion S, True Motion 2, True Motion RT 2.0). Google kemudian mengoptimalkan pembelian On2 untuk mengembangkan WebM, format audio-video yang didesain untuk menyediakan kompresi video.

8. Slide.com | US$ 182 juta

Google membeli Slide.com pada 4 Agustus 2010. Slide.com merupakan situs interaktif yang didirikan oleh salah satu pendiri PayPal, Max Levchin. Dikenal sebagai pembuat aplikasiphoto sharing yang digunakan di jejaring sosial, dari era Friendster, Slide.com menjadi pengembang terbesar aplikasi pihak ketiga (third-party applications) untuk Facebook. Dengan pembelian Slide.com inilah Google disebut mulai melirik social media.

7. Admeld | US$ 400 juta

Google membeli Admeld di bulan Juni 2011. Admeld merupakan perusahaan yang memiliki spesialisasi di pengembangan advertising online. Saat itu, pembelian Admeld bersamaan dengan akuisisi Google terhadap DoubleClick dan Invite Media.

6. Postini | US$ 625 juta

Google mengakuisisi Postini pada 9 Juli 2007. Postini merupakan perusahaan pengembang keamanan email dan web, serta pengarsipan onlinne. Dengan pembelian Postini ini Google kemudian memperkuat pengamanan dan pengarsipan di Gmail.

5. ITA Software | US$ 700 juta

Google mengumumkan akuisisi ITA pada Juli 2010. ITA Software merupakan perusahaan pengembang software yang digunakan untuk industri travel. Produk pertama yang dikembangkan ITA adalah pencarian tiket dan sistem pembayaran yang disebut QPX. Sistem ini digunakan oleh sejumlah perusahaan travel online seperti Kayak.com, dan sejumlah maskapai di Amerika Serikat dan Eropa. Oleh Google, pembelian ITA digunakan untuk pengembangan bidang travel dan pencarian penerbangan (flight search).

4. AdMob | US$ 750 juta

Google mengakuisisi AdMob di November 2009. AdMob merupakan perusahaan mobile advertising. Pembelian ini dioptimalkan Google untuk pengembangan bisnis mobile advertising.

3. YouTube | US$ 1,65 milyar

Pembelian YouTube dilakukan Google pada November 2006. YouTube merupakan websitevideo-sharing, yang memungkinkan pemilik akunnya untuk share dan melihat video. Google kemudian mengembangkan YouTube secara unik, dan tidak diresapkan ke dalam aplikasi video yang sebelumnya telah dimiliki Google, yaitu Google Video. Sekarang, YouTube digunakan Google sebagai pelengkap (subsidiary), yang juga menjadi aplikasi tambahan di tiap ponsel berbasis Android.

2. DoubleClick | US$ 3,1 milyar

Google membeli DoubleClick di bulan April 2007. Sebelumnya, DoubleClick dikenal sebagai pelopor advertising online yang menggunakan Application Service Provider (ASP). Pembelian DoubleClick kemudian dioptimalkan Google untuk pengembangan AdSense.

1. Motorola Mobility | US$ 12,5 milyar

Akuisisi Motorola merupakan akuisisi teranyar dan termahal yang dilakukan Google, pada 15 Agustus 2011. Sebelumnya, Motorola hanya satu dari 39 perusahaan pembuat ponsel yang menggunakan sistem operasi Android milik Google. Dengan pembelian Motorola, Google diprediksi ingin semakin bersaing dengan Apple, yang saat ini merajai pasar ponsel dengan iPhone-nya. Walau iPhone merajai pasar ponsel, namun Android masih menguasai pasar di sistem operasi. Sungguh menarik disimak persaingan Google vs Apple di bidang ponsel, setelah pembelian Motorola oleh Google ini.

Kamis, 11 Agustus 2011

44 Bank Umumkan Suku Bunga Dasar Kredit

Erlangga Djumena | Kamis, 31 Maret 2011 | 10:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 44 bank mulai Kamis (31/3/2011) ini mengumumkan besaran Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang berlaku di bank mereka dengan memuat di website dan menempel pengumuman di kantor-kantor cabang.

Beberapa website bank besar seperti BRI, BCA, Bank Mandiri dan BNI mulai memuat pengumuman SBDK yang berlaku mulai 31 Maret sesuai kebijakan Bank Indonesia untuk membuat transparan penetapan suku bunga kredit di bank-bank.

Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali di Jakarta, Kamis mengatakan, kebijakan BI ini sangat besar manfaatnya bagi pembelajaran masyarakat dan perbankan sendiri. "Meski dampaknya tidak akan terlihat langsung tapi ini akan mengarahkan bank lebih efisien," katanya.

SBDK yang ditetapkan BRI yaitu kredit korporasi 10,68 persen, kredit ritel 12,86 persen, kredit konsumsi KPR 11,49 persen dan konsumsi non KPR 13,00 persen.

Sementara SBDK yang ditetapkan BCA, kredit korporasi 9 persen, ritel 11 persen, KPR 9,5 persen dan non KPR 10,05 persen. Sedangkan Bank Mandiri menetapkan SBDK untuk kredit korporasi 11,25 persen, ritel 13,00 persen, KPR 11,75 persen dan non KPR 13,25 persen. BNI menetapkan SBDK untuk kredit korporasi 10,75 persen, ritel 13,05 persen, KPR 12,72 persen dan non KPR 10,93 persen. Kebijakan pengaturan publikasi SBDK dikeluarkan BI akhir Desember 2010 dengan tujuan untuk meningkatkan transparansi mengenai karakteristik produk perbankan termasuk manfaat, biaya dan risikonya untuk memberikan kejelasan kepada nasabah, dan meningkatkan "good governance" serta mendorong persaingan sehat dalam industri perbankan melalui terciptanya disiplin pasar yang lebih baik.

Suku bunga yang dibebankan pada debitor (lending rate) adalah penjumlahan dari SBDK ditambah dengan premi risiko. Sedangkan SBDK terdiri atas tiga komponen yaitu angka akhir hasil penjumlahan harga pokok dana untuk kredit (HPDK), biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit, dan marjin keuntungan (profit margin).

Dengan demikian, besarnya suku bunga kredit yang dikenakan pada debitur belum tentu sama dengan SBDK. Adapun premi risiko merepresentasikan penilaian bank terhadap prospek pelunasan kredit oleh calon debitur yang antara lain mempertimbangkan kondisi keuangan debitur, jangka waktu kredit dan prospek usaha yang dibiayai.

Untuk tahap awal, bank yang pada dan/atau setelah 28 Februari 2011 berdasarkan posisi Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) mempunyai total aset Rp10 triliun atau lebih wajib melakukan publikasi informasi SBDK dalam rupiah.

Jenis kredit yang wajib diumumkan terdiri atas tiga jenis yaitu kredit korporasi, kredit ritel dan kredit konsumsi (KPR dan non KPR).

Kamis, 14 Juli 2011

Chairul Tanjung Takut Kelola Bank Muamalat

Mundur Dari Daftar Peminat Bank Syariah Pertama
Jum'at, 15 Juli 2011 , 01:33:00 WIB

RMOL.Bos Para Group Chairul Tanjung akhirnya mundur dari daftar pembeli Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI). Dia mengaku tidak sanggup mengelola risiko keuangan di bank syariah pertama di Indonesia tersebut.

“Setelah melihat secara te­liti dan sebagainya, ketika kita me­li­hat, risikonya terlalu besar,” ung­kap pria yang kerap dijuluki CT ini usai Peresmian Gedung Kan­tor Wilayah Jakarta Bank Me­ga di Cikini, Ja­karta, kemarin.

Ditanya apakah si­kap mun­dur­nya itu terkait dengan harga yang ditawarkan pemilik Bank Mua­malat, Ketua Unun Dewan Eko­nomi Nasional (DEN) ini enggan menjelaskan lebih jauh. “Kamu artiin saja sendiri,” cetus CT.

Dia beralasan, bank yang sudah mengajukan pembelian atau penelitian menyeluruh (due dili­gence) tidak boleh mengung­kap­kan rahasia banknya. “Kita tidak boleh membicarakan isi pe­rut bank yang sudah due dili­gence,” timpal bos Trans TV ini.

Manuver bisnis CT dalam dua tahun terakhir terbilang sangat agresif. Setelah membeli saham peritel kakap PT Carrefour In­do­ne­sia, dia juga memborong sa­ham media online Detik.com. CT juga memiliki Bank Mega.

Sebelumnya, Direktur Per­bankan Bank Indonesia (BI) Syariah Mulya Siregar me­ng­ata-kan, ada tiga investor lokal dan lima investor asing yang bersa­ing memperebutkan Bank Mua­malat. Investor lokal itu antara lain PT Saratoga Inves­tama Seda­ya milik Sandiaga Uno, Para Group dan Bank Mandiri.

Sedangkan in­vestor asingnya antara lain Stan­dard Chartered Plc (Stanchart), Qatar Islamic Bank SAQ, Over­sea Chinese Banking, OCBC Over­seas dan ING Baring Bank.

Dia mengatakan, sampai saat ini belum ada penyelesaian akhir di antara Bank Muamalat dan sa­lah satu dari delapan investor ter­sebut.

“Belum ada yang deal. Kita belum ta­wa­r­kan berapa har­ga­nya,” ujar Mulya seraya me­nam­bahkan, bagi BI, siapapun yang membeli sudah seha­rusnya mem­punyai prospek long term com­mit­ment terhadap Bank Mua­ma­lat. (Rakyat Merdeka, 14/7).

Selain Para Group, PT Bank Permata Tbk juga mundur dari ten­der karena soal risiko ke­ua­ngan. “Kami sudah mundur. Bu­kan gagal, tetapi kami me­mu­tus­kan mundur dari bidding selan­jutnya,” ujar Wakil Direktur Uta­ma PermataBank Herwidayatmo.

Pemerintah menilai, penjual Bank Muamalat mematok harga kelewat tinggi, yaitu 3,2 kali rasio harga saham terha­dap la­ba bersih per saham.

Menteri BUMN Mustafa Abu­bakar meng­ung­kapkan, harga tersebut ter­lampau tinggi karena rasio harga saham terhadap laba ber­sih per saham (price to ear­ning ratio atau P/E Ratio) pe­ru­sahaan sejenis berada di kisaran 2-2,2 kali.

Selama 2010, Bank Muamalat bisa meraih keuntungan sebesar Rp 238,2 miliar atau naik 200 persen dari Rp 78,7 miliar pada 2009. Dirut Bank Muamalat Arviyan Arifin mengatakan, pen­­capaian laba yang signifikan ini karena keberhasilan menge­lola dana pihak ketiga (DPK).

Pa­da kuartal pertama tahun 2011, DPK Muamalat naik 54,7 per­sen jadi Rp 17,5 triliun diban­ding pe­riode yang sama tahun 2010. Se­men­tara asetnya naik dari Rp 16 tri­liun pada 2009 jadi Rp 21,5 tri­liun pada 2010.

Direktur Program Ekonomi dan Finance Islami Universitas Trisakti Sofyan S Harahap tidak mempermasalahkan penjualan saham Muamalat ke asing. Yang terpenting, tidak merusak kaidah syariah bank tersebut. [rm]

Delapan Investor Siap Pinang Bank Muamalat Rabu,


13 Juli 2011 16:41 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tiga investor telah menyatakan keseriusannya kepada Bank Indonesia untuk membeli Bank Muamalat. Hingga kini tercatat delapan investor yang mengincar pionir bank syariah di tanah air itu.

Direktur Direktorat Perbankan Syariah, Mulya Siregar, menyatakan terdapat tiga investor lokal dan lima investor asing yang berminat meminang Muamalat. Tiga investor lokal itu adalah Saratoga milik Sandiaga Uno, Para Group yang dipimpin Chairul Tanjung, dan Bank Mandiri. Sedangkan lima investor asing tersebut adalah Qatar Islamic Bank, OCBC Overseas, Standard Chartered, Bearing Bank, dan Overseas Chinese Banking. “Namun sampai sekarang pihak Bank Muamalat belum menjatuhkan pilihan,” katanya, Rabu (13/7).

Ia mengatakan mekanisme akusisi diserahkan BI kepada Bank Mualamat dan investor. Mulya menambahkan, bagi BI, siapa pun yang akan membeli sudah seharusnya mempunyai komitmen jangka panjang terhadap Bank Muamalat. "Jangan sampai baru beli sebentar, lalu dijual setahun kemudian,” katanya. Selain itu, dia berharap agar investor terpilih tidak mengubah visi dan misi yang sudah dibangun Bank Muamalat sejak lama. Tidak masalah apakah yang mengakuisisi itu nonislami atau bukan.

Sementara itu, sejumlah pemegang saham asing di Bank Muamalat saat ini berencana melepas saham mereka. Pemegang saham tersebut adalah Boubyan Bank Kuwait, Saudi Arabian Atwill Holdings Limited, dan Islamic Development Bank (IDB). Saat ini, Boubyan Bank Kuwait dan Saudy Company memiliki masing-masing 24,9 persen saham di Muamalat. Sedangkan IDB sebesar 32 persen.

Pelepasan saham ini dilakukan karena sejumlah alasan. Boubyan Bank Kuwait misalnya melepas saham karena ingin melakukan pemulihan. Akibatnya, bank tersebut akan memfokuskan ekspansinya di kawasan Timur Tengah saja. Sehingga semua investasi yang ada di luar itu akan ditarik. Sedangkan, Saudi Company melepas saham karena merasa sudah terlalu lama memiliki saham Muamalat. “Mereka sudah punya saham bank tersebut sampai 7 tahun, mungkin sudah waktunya menjual,” katanya.

Sementara keputusan IDB dilandasi adanya ketentuan baru perusahaan. Mereka hanya boleh memiliki saham sebuah bank hingga 20 persen saja. Sementara saat ini, porsi saham mereka mencapai 32 persen. Lagipula sudah menjadi karakter IDB untuk melepas saham bank ketika masa pemulihan bank tersebut telah usai. IDB masuk ke Muamalat pada 1998 dan membantu bank tersebut untuk bangkit.

Redaktur: Johar Arif
Reporter: Fitria Andayani

Rabu, 27 April 2011

Pabrik Mesin Tik Terakhir di Dunia Ditutup


Pabrik Mesin Tik Terakhir di Dunia Ditutup
Produksi dihentikan sejak mesin ini tergerus oleh kecanggihan teknologi komputer.

Rabu, 27 April 2011, 15:55 WIB
Denny Armandhanu

VIVAnews - Mesin tik manual yang sempat populer di abad ke 20 segera punah. Pasalnya, satu-satunya pabrik pembuat mesin tik terakhir di dunia telah memutuskan untuk menghentikan produksinya.

Dilansir dari laman PC Mag, Selasa, 26 April 2011, pabrik terakhir pembuat mesin tik Godrej & Boyce di Mumbai, India, memutuskan untuk menghentikan produksinya sejak mesin ini tergerus oleh kecanggihan teknologi komputer.

"Sejak awal tahun 2000 ke atas, komputer mulai mendominasi. Semua pabrik mesin tik berhenti berproduksi, kecuali kami. Sampai 2009, kami masih memproduksi 10.000 sampai 12.000 mesin tik per tahunnya," ujar manajer operasi Godrej & Boyce, Milind Dukle.

Jumlah itu terlalu sedikit dan memaksa perusahaan itu berhenti memproduksi mesin tik.

Ketika dibuka pada 1950, perusahaan ini memproduksi lebih dari 50.000 mesin tik per tahunnya. Pada 2009, perusahaan ini menghentikan produksi mesin tik alfabet dan menggantinya dengan produksi mesin tik berbahasa Arab.

Mesin tik pertama dikenal dengan nama 'bola ketik' diproduksi di Eropa pada tahun 1870. Perusahaan Remington mulai memproduksi masal mesin tik yang telah dikembangkan tiga tahun kemudian dengan format QWERTY yang masih berlaku sampai sekarang.

Sampai awal 1900an, mesin tik muncul dalam berbagai variasi. Namun pada 1910, semua mesin tik mengikuti standardisasi yang telah ditetapkan secara global, diantaranya adalah peletakan tombol shift dan tombol simbol.

• VIVAnews

Selasa, 15 Maret 2011

Tujuh Pabrik Komputer Lokal Gulung Tikar

Jakarta, Kompas - Dalam tiga tahun terakhir jumlah pabrik komputer di Indonesia terus menyusut. Dari semula 12 perusahaan, kini tinggal 5 perusahaan saja. Penerapan bea masuk nol persen bagi produk komputer jadi menjadi pemicu utamanya. Pemerintah diminta meninjau ulang kebijakan tersebut.

Hal tersebut dikemukakan Wakil Ketua Umum Kadin bidang Teknologi Informasi dan Telekomunikasi Didie W Soewondho di Jakarta, Selasa (14/3).

”Bagaimana tidak kolaps kalau bea masuk komputer jadi diturunkan hingga nol persen. Industri kita belum bisa bersaing. Mereka memilih menutup usaha daripada melanjutkannya dengan penjualannya sangat rendah,” paparnya.

Beberapa merek lokal yang saat ini masih eksis adalah Zyrex, Advan, Byon, dan Ion. Membanjirnya produk komputer impor sekaligus komputer selundupan telah mengubah semangat industri menjadi semangat dagang.

”Para pemilik usaha komputer lokal akhirnya hanya menjadi pedagang saja. Semangatnya untuk menjadi industrialis sudah padam,” tuturnya.

Menurut Didie, pemerintah seharusnya membebaskan bea masuk impor untuk komponen komputer. Namun yang terjadi, pemerintah justru menerapkan bea masuk sebesar 5-10 persen bagi komponen komputer rakitan. Padahal, pemain komputer rakitan sangat banyak dan hampir semuanya merupakan UKM.

Di Indonesia, jumlah UKM yang bergerak di perakitan komputer berkisar 5.000 unit. Sebagian besar komputer yang digunakan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah, adalah jenis rakitan. ”Kalau bea masuknya saja 5-10 persen, bagaimana mereka bersaing dengan komputer jadi yang bea masuknya nonpersen,” katanya.

Didie mengatakan, pihaknya akan segera melaporkan masalah tersebut ke menteri perekonomian. Dia berharap menteri perekonomian bisa berkoordinasi dengan kementerian yang terkait dengan kebijakan tersebut.

Kebutuhan komputer di Indonesia per tahun mencapai 12 juta unit. Dari jumlah tersebut sebanyak 60 persen dipenuhi dari produksi dalam negeri, baik rakitan maupun komputer jadi. Sisanya dari komputer impor, terutama dari China. Dibandingkan jumlah penduduk, yang sudah menembus 230 juta, angka penetrasi komputer di Indonesia masih sangat rendah, yakni berkisar 5 persen.

”Ke depan, pangsa komputer masih sangat terbuka lebar. Di Thailand, penetrasi komputer tiap tahun sekitar 55 persen dari total jumlah penduduk,” katanya.

Harus diperkuat

Menurut Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto, sektor industri komputer harus dipersiapkan untuk menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2015.

”Industri dalam negeri harus diperkuat. Jika tidak, pasar potensial kita akan diambil negara lain. Banyak negara yang mengincar pasar Indonesia karena potensi jumlah penduduk yang cukup banyak,” ujarnya.

Dia menambahkan, dengan kepemimpinan Indonesia di ASEAN saat ini seharusnya Indonesia bisa lebih banyak melakukan pembenahan internal untuk menyongsong masyarakat ekonomi ASEAN.

”Jadi, fokusnya jangan hanya pada regional, tetapi juga internal sendiri,” katanya. (ENY)

http://cetak.kompas.com/read/2011/03/16/0355555/tujuh.pabrik.komputer.lokal.gulung.tikar

Rabu, 09 Maret 2011

Amerika Butuh Asia untuk Mobil Hybrid

HOUSTON, KOMPAS.com — Soal pengembangan teknologi otomotif, terutama mengarah ke mobil hybrid atau listrik, ternyata Amerika tertinggal jauh dibandingkan negera-negara Asia. Itu karena, baterai lithium-ion, yang menjadi salah satu komponen utama kendaraan ramah lingkungan, yang dibutuhkan para produsen mobil di negeri Paman Sam sangat bergantung pada produk luar.

Seperti dilaporkan Dow Jones (9/3), tingginya harga minyak dunia mencapai 100 dollar AS per barrel, memaksa prinsipal mobil Amerika seperti General Motors dan Ford Motors tidak bisa tidak harus memasarkan kendaraan hibrida pada 2012. Tujuannya agar efisiensi bahan bakar bisa lebih tinggi, mengingat teknologi hibrida perpaduan mesin bensin dan listrik.

Bila sampai terdesak segera memasarkan kendaraan ramah lingkungan, GM, Ford, dan produsen mobil AS lainnya berada pada posisi kurang menguntungkan. "Mereka sangat bergantung pada baterai atau mengimpor teknologi dari Jepang, China, dan negara-negara Asia lainnya untuk pengadaan baterai lithium-ion," ungkap Menahem Anderman, Presiden dari perusahaan riset Advance Automotive Baterries.

Dalam konferensi energi IHS CERA, Selasa (8/3), Anderman menegaskan, kalau ada perlombaan bikin baterai untuk mobil listrik atau hibrida, Amerika menduduki peringkat keempat berada di belakang China, Jepang, dan Korea Selatan. Amerika tergolong terlambat dalam mengalokasikan dana R&D untuk komponen tersebut.

Apalagi, GM dalam dua tahun ke depan akan memproduksi 175.000 unit Chevy Volt (hybrid). "Ketika perusahaan mulai mengembangkan mobil hibrida dua tahun lalu, mereka harus melihat ke Asia yang banyak persediaan baterai, menambah waktu dan uang untuk pengembangannya," ujar Britta Gross, Direktur Sistem Enegi Global GM. Ia menambahkan, untuk Volt ini, GM harus pergi ke Korea Selatan untuk menemukan bahan lithium sel.

China menjadi salah satu penyedia baterai lithium-ion terbesar di dunia. Para pabrik pembuat komponen tersebut menikmati keuntungan, baik dari segi keuangan maupun tenaga kerja.

Editor: Bastian

http://otomotif.kompas.com/read/2011/03/09/10581890/Amerika.Butuh.Asia.untuk.Mobil.Hybrid

Senin, 21 Februari 2011

40% Cadangan Panas Bumi Ada di Indonesia


VIVAnews - Energi panas bumi telah dikembangkan sejak 30 tahun lalu. Namun, hingga kini Indonesia baru memanfaatkan 1.198 megawatt atau empat persen dari potensi panas bumi nasional.

Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Hadiyanto, mengatakan, potensi panas bumi sebesar itu bisa dimanfaatkan hingga Indonesia menjadi kiblat panas bumi dunia. "Pengembangannya masih terbuka lebar," kata Hadiyanto dalam Musyawarah Nasional Asosiasi Panas Bumi Indonesia di Jakarta, Selasa 22 Februari 2011.

Menurut Hadiyanto, potensi panas bumi sebesar 28.000 megawatt, menempatkan Indonesia di posisi teratas dalam cadangan panas bumi terbesar di dunia. "40 persen cadangan panas bumi dunia saat ini berada di Indonesia," tuturnya.

Pemerintah berharap energi panas bumi bisa dikembangkan maksimal. Selain murah, panas bumi merupakan energi yang bersih dan rendah emisi karbon. "Filipina saat ini menjadi produsen panas bumi terbesar kedua di dunia," katanya.

Untuk mempercepat pengembangan panas bumi, tahun ini pemerintah mengalokasi dana sebesar Rp350 miliar guna melakukan mitigasi risiko hulu dengan melakukan pemboran di Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur. "Pemerintah tahun ini mengalokasikan Rp350 miliar untuk memitigasi risiko hulu pengembangan panas bumi," ujarnya. (art)

http://bisnis.vivanews.com/news/read/205867--40--cadangan-panas-bumi-ada-di-indonesia-

Selasa, 15 Februari 2011

Sisi Aset dan Pangsa Pasar Inilah. 10 Besar Bank di Indonesia

Editor: Erlangga Djumena
Senin, 14 Februari 2011 | 17:07 WIB
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/02/14/1707069/Inilah.10.Besar.Bank.di.Indonesia


KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN

JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia merilis peringkat perbankan dari segi aset dan market share. Tujuh bank yang masuk peringkat sepuluh besar tak mengalami perubahan poisisi, sedangkan tiga bank lainnya bertukar posisi.

Pada 2009, PT BII Tbk menempati peringkat delapan, PT BTN Tbk peringkat sembilan, dan PT Bank Permata Tbk menempati peringkat sepuluh.

Berikut peringkat bank pada akhir tahun 2010:

Nama BankAset (triliun)Market share (%)
1. PT Bank Mandiri TbkRp 410,61913,650
2. PT BRI TbkRp 395,39613,140
3. PT Bank Central Asia TbkRp 323,34510,750
4. PT BNI TbkRp 241,1698,020
5. PT Bank CIMB Niaga TbkRp 142,9324,750
6. PT Bank Danamon TbkRp 113,8613,780
7. PT Pan Indonesia Bank Tbk Rp 106,5083,540
8. PT Bank Permata TbkRp 74,0402,460
9. PT BII TbkRp 72,0302,390
10.PT BTN TbkRp 68,3342,27

(Dyah Megasari/Kontan)