Minggu, 25 September 2011


Ekonomi Beralih ke China
10 Negara Bagian Kehilangan Pekerjaan Terparah (2)
Oleh: Th. Asteria
Ekonomi - Sabtu, 24 September 2011 | 17:00 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Murahnya biaya produksi di China, memicu peralihan ekonomi besar-besaran dari AS ke negara Tirai Bambu ini dalam satu dekade terakhir. Siapa sangka dampaknya ternyata sangat besar.
Economic Policy Institute (EPI) menunjukkan, AS dalam sepuluh tahun belakangan sudah kehilangan 2,8 juta pekerjaan. Hal ini karena defisit perdagangan yang terjadi, dimana impor AS dari China lebih besar ketimbang ekspor ke negara tersebut.
Bahkan 24/7 Wall St. menemukan 10 negara bagian di AS yang paling tertekan dengan masalah peralihan ekonomi AS ke China ini.
10. Georgia
Perubahan pekerjaan secara bersih turun 87.700, dimana pekerjaan hilang mencapai 101.200 dan pekerjaan yang diperoleh sebesar 13.500. Georgia secara historis dikenal dengan industri tekstil dan bertahan sebagai salah satu negara bagian penghasil kapas terbesar AS. Saat ini, Georgia kehilangan sejumlah besar pekerjaan, terutama industri komputer dan komponen elektronik, tekstil dan pakaian, serta furniture.
9. Massachusetts
Perubahan pekerjaan secar bersih turun 88.600, dimana pekerjaan hilang mencapai 99.300 dan pekerjaan yang diperoleh sebesar 10.700. Beberapa distrik di Massachusetts juga terimbas, dengan distrik Lowell, salah satu pusat tekstil pertama AS dan Lawrence, asal produsen tekstil dan elektronik. Demikian juga distrik yang mencakup Worcester, terkenal dengan kota tekstil, yang kini sudah meningkatkan industri teknologinya.
8. Ohio
Perubahan pekerjaan secara bersih turun 103.500, dengan pekerjaan hilang mencapai 124.100 dan pekerjaan yang diperoleh 20.600. Ohio merupakan salah satu negara bagian manufaktur terbesar di AS, sekaligus rumah bagi perusahaan-perusahaan besar seperti Procter & Gamble dan AK Steel Corporation.
Namun, sektor manufaktur disni anjlok lebih cepat ketimbang secara nasional. Sektor otomotif telah mencatatkan pertumbuhan pengangguran tertinggi sejak 2007, walaupun perusahaan di sektor lain juga berkontribusi mengirim pekerjaan ke luar negeri.
7. Pennsylvania
Perubahan pekerjaan secara bersih turun 107.000, dengan pekerjaan yang hilang mencapai 127.200 dan pekerjaan yang diperoleh sebesar 20.200. Menurut National Association of Manufacturers , industri di Pennsylvania memproduksi 12,5% dari total negara bagian ini dan memperkerjakan 10% angkatan kerja.
Politisi telah blak-blakan bicara tentang dampak China terhadap perekonomian di Pennsylvania.
Senator Bob Casey baru-baru ini menyatakan bahwa praktek perdagangan China yang tidak sehat, membahayakan bisnis Pennsylvania dan mengurangi kemampuan untuk menciptakan pekerjaan.
6. North Carolina
Perubahan pekerjaan secara bersih turun 107.800, dengan pekerjaan yang hilang mencapai 122.400 dan pekerjaan yang diperoleh sebesar 14.600. North Carolina merupakan daerah bagi tiga distrik yang terpukul di AS. Tekstil dan furniture adalah dua industri yang anjlok karena peralihan pekerjaan ke China.
Anggota kongres North Carolina Kongres Howard Coble adalah pendukung RUU 639 terntang Currency Reform for Fair Trade Act, yang mencoba mengatasi masalah ini. "RUU ini setidaknya akan memaksa China untuk bersaing dengan produsen AS," Coble seperti dikutip dari Winston-Salem Journal .
5. Florida
Perubahan pekerjaan secara berih turun 114.400, dengan pekerjaan yang hilang mencapai 134.500 dan pekerjaan yang didapat sebanyak 20.100. Florida biasanya tidak dipertimbangkan sebagai negara bagian manufaktur besar, meskipun unggul di beberapa daerah, seperti manufaktur perangkat medis . Namun, sejak 2001-2010, Florida telah kehilangan pekerjaan hampir 115.000.
Gubernur Rick Scott adalah pendukung hubungan bisnis dengan China, tetapi para politisi lokal lainnya tidak setuju. Pada 2007, Walikota John Mazziotti dari Palm Bay mengusulkan larangan barang yang dibuat di China, menyatakan bahwa kota itu kehilangan pekerjaan karena mereka.
4. Illinois
Perubahan pekerjaan secara bersih tercatat turun118.200, dengan pekerjaan yang hilang sebesar 139.400 dan pekerjaan yang didapat mencapai 21.200. Illinois adalah kekuatan manufaktur tradisional yang telah kehilangan sejumlah besar pekerjaan.
Robert Scott, direktur manufaktur dan penelitian kebijakan perdagangan untuk EPI mengatakan, di Illinois, ada sejumlah besar perusahaan yang terlibat industri produksi suku cadang mobil dan produk pembuat logam. Industri ini sangat terluka pertumbuhan impor dari China. Apalagi China banyak mengekspor elektronik dan baja khusus, industri yang pernah menjadi sektor utama di Illinois.
3. New York
Perubahan pekerjaan secara bersih turun 161.400, dengan pekerjaan hilang mencapai 183.300 dan pekerjaan yang diperoleh 21.900. "New York telah kehilangan 140 ribu pekerjaan manufaktur, terutama dengan upah menengah beberapa tahun terakhir, akibat praktek tenaga kerja yang tidak adil di China," kata James Parrott, wakil direktur dan kepala ekonom di Fiscal Policy Institute di New York.
Sementara Senator New York Chuck Schumer telah berupaya mendorong China untuk lebih menghargai mata uangnya.
2. Texas
Perubahan pekerjaan secara bersih tercatat melemah 232.900, dimana pekerjaan hilang mencapai 269.300 dan yang diperoleh 36.400. Texas sangat tertekan defisit perdagangan dengan China, terutama karena keunggulan industri komputer dan komponen elektronik di negara bagian tersebut. Empat distrik di negara bagian ini mengalami kerugian terbesar atas beralihnya pekerjaan ke China.
Banyak perusahaan China memiliki hubungan dekat dengan Texas. Misalkan dua perusahaan, Huawei dan ZTE , yang telah menyiapkan kantor pusar AS di negara bagian tersebut. Perusahaan minyak CNOOC juga telah membeli jumlah yang sangat besar hak mineral di negara bagian tersebut dalam rangka mengekstrak minyak serpih.
1. California
Perubahan pekerjaan secara bersih anjlok 454.700, dimana pekerjaan hilang mencapai 519.000 dan pekerjaan yang diperoleh 64.300. California telah kehilangan hampir setengah juta pekerjaan, terutama di sektor komputer dan industri komponen elektronik. Selain itu, delapan dari 20 distrik yang paling terpukul ada di sini.
Gubernur Jerry Brown telah mengusulkan cara-cara mendapatkan kembali pekerjaan dari China di luar sektor komputer, salah satunya teknologi hijau. Dalam perebutan kursi gubernur, Brown mengatakan ia akan menciptakan ribuan pekerjaan energi bersih, menggantikan keunggulan China dengan ekonomi teknologi hijau." [ast/habis]


Mereka Pergi ke China
Bagian Ekonomi yang Hilang Dari AS (1)
Oleh: Th. Asteria
Ekonomi - Sabtu, 24 September 2011 | 09:05 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Pekerjaan, unit pekerja, politisi dan ekonom di AS beberapa tahun ini menghilang. Mereka semua beralih ke China. Apa penyebabnya?
Alasannya ternyata sederhana, yakni disparitas biaya yang jauh lebih rendah. Bayangkan saja, ketika pekerja di sektor manufaktur AS dibayar US$50 per jam, termasuk tunjangan dan gaji, para pekerja di pabrik China hanya membutuhkan beberapa ratus dolar lebih per bulannya, untuk melakukan hal yang sama.
Tak heran bila perusahaan-perusahaan AS memindahkan operasinya ke China dan perusahaan taraf global menyukai barang buatan China yang lebih murah.
Menurut Economic Policy Institute (EPI), AS dalam satu dekade terakhir bahkan sudah kehilangan 2,8 juta pekerjaan.
Lebih dari sepuluh tahun silam, impor AS dari China telah tumbuh lebih banyak dari yang bisa diekspor. Hal ini menyebabkan kehilangan pekerjaan yang sangat besar. “Antara 2001 dan 2010, defisit perdagangan dengan China mengurangi 2,8 juta pekerjaan,”ungkap EPI dalam laporan yang dirilis bulan ini.
Adapun sebanyak 1,9 juta pekerjaan, atau hampir 70%-nya bergerak di sektor manufaktur. Kerugian terbesar terjadi di industri komponen komputer dan elektronik. Serta beberapa barang jadi dari sektor pakaian, kendaraan bermotor dan unitnya.
China mampu memiliki keunggulan biaya produksi, dengan memindahkan jutaan pekerja dari daerah pedesaan ke kota-kota dengan fasilitas yang baru dibangun. Bahkan perusahaan-perusahaan Amerika seperti Walmart tidak mampu membeli barang-barang yang dibuat di AS, ketika China membuat barang-barang jauh lebih efisien dan tentu saja, jauh lebih murah.
Tenaga kerja murah mungkin menjadi alasan utama keuntungan manufaktur China, tetapi adanya manipulasi mata uang berarti lain. Sementara biaya tenaga kerja mempengaruhi ekspor China, manipulasi mata uang yang terjadi mendistorsi impor. Meskipun China bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia pada 2001.
Di sisi lain, pembuat kebijakan Amerika telah lama memperkirakan, dengan naiknya kelas menengah China, penjualan perusahaan-perusahaan AS untuk konsumen baru ini juga akan tumbuh. Tapi hal itu ternyata tidak berjalan sesuai ekspektasi.
Akibat manipulasi mata uang China dan praktek-praktek distorsi perdagangan lainnya, termasuk kelanjutan subsidi, hambatan legal dan ilegal untuk impor, dumping serta penindasan upah dan hak-hak pekerja, aliran ekspor AS ke China tidak terjadi "Ditambah keuntungan biaya tenaga kerja, manipulasi mata uang ini telah menghancurkan banyak perusahaan AS.”
Penelitian EPI tidak membuat perkiraan yang tepat dari berapa banyak pekerjaan Amerika yang mungkin hilang, karena keuntungan biaya manufaktur Cina dan kebijakan perdagangan yang dipertanyakan.
Dan kerugian itu, tentu saja, tidak tiba-tiba berakhir pada 2010, tapi terus berlangsung. Bahkan, hampir setengah juta pekerjaan hilang atau salah tempat pada 2008-2010.
Masalah pengangguran di AS begitu parah, sehingga setiap erosi tambahan pada kesempatan kerja dari faktor eksternal, akan membuat pemulihan ekonomi AS lebih sulit. [mdr/bersambung]

Selasa, 06 September 2011

Rupiah terseret ke level terlemah dua pekan

Rabu, 07 September 2011 | 10:47  oleh Dupla Kartini, Bloomberg

JAKARTA. Rupiah terseret ke level terlemahnya dalam dua pekan terakhir. Otot rupiah melemah setelah asing mengurangi kepemilikannya di pasar saham Indonesia. Aksi tersebut dipicu kekhawatiran melambatnya pemulihan global yang bisa menyebabkan lemahnya permintaan ekspor.

Hingga pukul 10.23 WIB, pasangan (pair) rupiah dan dollar AS (USD/IDR) bergerak ke level 8.572, dari penutupan kemarin di posisi 8.558. Bahkan, di awal perdagangan sempat menyentuh 8.578. Ini merupakan level terlemah rupiah sejak 26 Agustus.
Kemarin, Presiden Bank Dunia Robert Zoellick mengungkapkan risiko ekonomi global meningkat. Menurutnya, prospek kawasan Euro akan tergantung pada ketepatan pemimpin Eropa dalam mengambil keputusan. Sentimen ini memicu investor menghindari aset berisiko, seperti saham. Data pasar saham menunjukkan, investor asing menjual saham senilai US$ 40 juta, lebih besar dibanding jumlah yang mereka beli pada pekan ini.

Pada bulan ini pun, mata uang Garuda sudah melemah 0,4%. Rupiah tertekan seiring prediksi ekonom yang menyebutkan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga tetap di 6,7% pada pertemuan besok.

Kepala riset valas Malayan Banking Bhd. Saktiandi Supaat menyebut, risk aversion (keengganan mengambil risiko) berperan besar menghambat investor dalam mengambil posisi di pasar mata uang. "Investor berhati-hati sebelum keputusan kebijakan Bank Indonesia," ujarnya, di Jakarta, hari ini.

Sumber : http://investasi.kontan.co.id/v2/read/1315367256/76798/Rupiah-terseret-ke-level-terlemah-dua-pekan