Kamis, 23 Februari 2012

Kasus Megaupload, Pelajarannya bagi Indonesia

Wicaksono Surya Hidayat | Sabtu, 21 Januari 2012 | 09:05 WIB
 
 
KOMPAS.com Megaupload adalah perusahaan yang berbasis di Hongkong, sementara pendirinya berlokasi di Selandia Baru. Kenapa bisa dijerat oleh hukum di AS?

Kasus ini menarik untuk diperhatikan bagi pengelola situs atau layanan online di Indonesia yang mungkin waswas akan terkena dampak dari sebuah hukum di AS (atau negara lain).

Berikut adalah sedikit penjelasan mengenai kasus Megaupload yang dikutip dari ArsTechnica.

Prinsip kejadian
Megaupload memang secara resmi sebuah perusahaan yang berbasis di Hongkong. Pendiri dan karyawannya juga tinggal secara fisik di Selandia Baru.

Nah, menurut tulisan di ArsTechnica, yang patut diperhatikan dalam hal ini adalah nexus-nya, atau lebih sederhananya, prinsip "di mana terjadinya kerugian."

Megaupload dianggap sebagai sebuah situs yang, meski tidak berbasis di AS, tetapi ditujukan bagi warga AS dan menimbulkan kerugian kepada pihak-pihak yang ada di AS.

Dokumen dakwaan pada Megaupload menyebutkan, perusahaan itu menyewa 1.000-an server di AS, sebanyak 525 di antaranya ada di Virginia.

Kemudian, kebanyakan transaksi di situs itu juga dilakukan lewat PayPal, perusahaan AS. Jumlahnya, menurut Pemerintah AS, lebih dari 110 juta dollar AS.

Pendapatan iklan Megaupload didapatkan dari Google AdSense (hingga 2007) dan AdBrite. Keduanya perusahaan AS.

Megaupload membayar penggunanya yang melakukan upload paling populer. Dalam dakwaan itu disebutkan, termasuk di antaranya merupakan penduduk Virginia, AS.

Logika dari dokumen itu, dengan mengirimkan uang ke alamat di AS, Megaupload memahami bahwa mereka berbisnis di AS dan terikat dengan yurisdiksi AS.

Kesimpulannya: kerugian pelanggaran hak cipta terjadi di Virginia, dari server di Virginia, dan perusahaan itu mendapatkan, serta mengirimkan uang ke warga Virginia. Maka dari itu, ia terikat hukum federal di Virginia.

Tentu masalah yurisdiksi ini akan jadi salah satu bahan pembelaan terhadap Megaupload di persidangan kelak.

Bagaimana dengan Indonesia?

Selama perusahaan web di Indonesia tidak berbisnis langsung atau menargetkan pengguna di AS, bisa jadi hukum di AS tak akan "menyentuhnya".

Paling tidak hal itu bisa membuat tenang pengelola layanan online yang sempat waswas dengan adanya berbagai aturan di AS, termasuk Stop Online Pircay Act yang sempat ramai.

Namun, bukan berarti mereka "tak tersentuh" sama sekali. Penegakan hukum hak atas kekayaan intelektual juga ada di Indonesia. Dengan demikian, hal terbaik adalah berusaha menghindari pelanggaran sebisa mungkin.

Senin, 20 Februari 2012

Korupsi 'juga' Penyebab Yunani dilanda Krisis

Jakarta (ANTARA News) - Uni Eropa mulanya terlihat enggan membantu Yunani, tapi karena dikhawatirkan menulari seisi benua, Uni Eropa akhirnya turun tangan menangani krisis utang Yunani yang memuncak pada April 2010.

"Tiga atau empat tahun lalu, saya sudah tahu bahwa salah satu dari karakteristik Yunani adalah korupsi. Krisis Yunani sebenarnya bisa dihindari jika negerit itu memulai segala sesuatu dengan cara yang sama sekali berbeda sejak dekade-dekade lalu," kata Jean Claude Juncker, Presiden Uni Eropa yang juga Perdana Menteri Luksemburg, seperti dikutip Irish Times (9/10).

Pernyataan Juncker mewakili pandangan umum Eropa bahwa Yunani memang korup. Sulit dipercaya, negeri dari mana filsuf-filsuf agung peletak dasar etika berasal itu, malah menenggak kultur korup.

Rakyat Yunani sendiri mengakui negerinya terperangkap budaya korup dan juga suap, seperti terungkap dalam laporan Wall Street Journal pada 15 April 2010.

Ketika orang Yunani ditanya mengapa negara mereka demikian boros, namun di sisi lain begitu susah mengumpulkan kekayaan pajak, mereka akan menjawab dengan dua kata, fakelaki dan rousfeti.

Fakelaki artinya "amplop kecil," yaitu simbol suap yang mengharu biru Yunani, sementara rousfeti berarti upeti mahal yang juga merembes ke semua hal.

Budaya korup dan praktik kroni yang akut membuat Yunani nyaris bangkrut dan hampir meracuni Eropa.

Menurut Brookings Institution, Washington, suap, patronase dan korupsi lainnya adalah penyebab utama menggunungnya utang Yunani, dan membuat anggaran bocor 8 persen dari PDB setiap tahun.

"Masalah dasar kami adalah korupsi yang sistemik," aku Perdana Menteri George Papandreou.

Defisit anggaran Yunani lima tahun terakhir rata-rata 6,5 persen dari PDB. Tahun 2009 angka itu amblas hingga 13 persen.

"Andai korupsi Yunani ditangani lebih baik, setidaknya selevel dengan Spanyol, negeri ini bisa menekan defisit sampai 4 persen dari PDB," kata peneliti senior Brookings, Daniel Kaufmann.

Yunani menempati urutan buncit dari 16 negara anggota zona euro dalam hal memerangi korupsi, sedangkan Transparency International mendudukkannya di terbawah dari 27 negara anggota Uni Eropa dalam praktik suap.

Bayangkan, 13,5 persen rumah tangga Yunani harus mengeluarkan suap rata-rata 1.355 euro (Rp16,8 juta).

Orang Yunani terbiasa mengeluarkan sogokan untuk mendapatkan SIM, pelayanan kesehatan, izin mendirikan bangunan, atau demi mengakali pajak.

Tidak madani

Dalam tiga tahun terakhir, sejumlah politisi senior didakwa menerima suap diantararanya akibat penggelembungan harga obligasi untuk dana pensiun.

Pada 2008 para pejabat senior pemerintah terbukti membantu satu gereja Ortodoks Yunani dalam mendapatkan hak kepemilikan tanah dengan melipatgandakan nilai klaim tanah sehingga negara dirugikan 100 juta euro.

Skandal itu membuat pemerintahan konservatif Yunani jatuh pada 2009.

Korupsi juga ditempuh dengan mengakali pajak. Pemerintah pun menjadi tidak berwibawa di mata wajib pajak.

"Inti masalahnya adalah kami tidak mempunyai kultur masyarakat madani,"kata profesor Universitas Ionian, Stavros Katsios. "Di Yunani, Anda disebut bodoh jika taat aturan."

PM Papandreou bukannya tak serius memerangi suap, tapi langkah-langkahnya seperti sentralisasi data pajak dan penghematan anggaran, dianggap tak akan berbuah banyak.

Di Yunani, korupsi jarang bisa diungkap karena pengadilan tak serius menanganinya, bahka para saksi disuap untuk tak bersaksi, sementara para politisi bebas dari tuduhan karena mendapat kekebalan.

Pada 2007, miliaran euro sekuritas yang dijual ke dana pensiun kedapatan digelembungkan harganya. Kerugian dana pensiun ini ditalangi pemerintah, dan itu memperburuk defisit anggaran.

Komisi anti pencucian utang lalu menyelidiki sejumlah transaksi, kemudian menyimpulkan ada suap dan penggelapan pajak oleh pejabat-pejabat pemerintah. Anehnya, jaksa mencampakkan temuan ini dengan alasan laporan hanya ditandatangani kepala komisi anti pencucian uang, bukan oleh semua anggota komisi.

Kasus suap justru sering terungkap ketika peradilan asing memperkarakan perusahaan-perusahaan mereka yang berhubungan dengan Yunani.

Pengadilan Inggris memenjarakan mantan eksekutif perusahaan pemasok alat kesehatan DePuy International Ltd karena menyuap para dokter bedah Yunani dengan 7 juta dolar AS.

Suap ini membuat DePuy memperoleh kontrak pengadaan alat-alat ortopedis dengan harga dua kali lipat pasar Eropa.

Pada 2008, giliran raksasa Jerman, Siemens AG, dituduh menyuap sejumlah pejabat Yunani. Siemens bersalah telah menyuap para pejabat partai-partai utama Yunani. Ironisnya, tak satu pun pejabat Yunani diadili pengadilan Yunani.

Terus, ada kebiasan aneh di Yunani, yaitu parpol kerap membuat pos baru di kantor-kantor pemerintah untuk pendukung setianya. Misalnya, sebulan sebelum pemilu lalu, pemerintah merekrut 27 ribu orang baru untuk menempati pos-pos dadakan di berbagai kantor pemerintah.

Rekrutmen pegawai yang tak transparan membuat suap dan perkoncoan menghisap uang negara. Ini ditambah pembukuan yang buruk di kantor-kantor pelayanan publik. Rakyat pun menjadi ogah membayar pajak.

4-4-2

"Jika para politisi saja korup, mengapa saya harus membayar pajak?" kata PM Papandreou menirukan keluhan rakyatnya.

Tak heran, seperempat pajak Yunani tidak bisa ditagih, kata Friedrich Schneider, ekonom Universitas Linz, Austria. Sepertiga lainnya menguap karena suap. "Anda kongkolikong dengan pengawas pajak, maka Anda mendapat diskon," kata Schneider.

Penggelapan pajak di Yunani memakai taktik ala sepakbola "4-4-2". Jika wajib pajak memiliki tagihan pajak Rp10 miliar, maka Rp4 miliar untuk pengawas pajak, Rp4 miliar tetap dikantong wajib pajak, sedangkan negara cuma kebagian Rp2 miliar.

Fakta ini menjelaskan mengapa di negara maju berpenduduk 11 juta orang ini hanya ada 15 ribu orang berpenghasilan di atas 100 ribu euro, kata Menteri Keuangan Yunani.

Biasanya jumlah pajak turun drastis menjelang pemilu, sebagian karena politisi perlu dana kampanye.

"Naiknya defisit anggaran dari 6 persen menjadi 13 persen Oktober tahun lalu bertepatan dengan masa pemilu dan turun drastisnya setoran pajak," kata ekonom Nikos Christodoulakis.

Yunani juga aneh karena sekolah-sekolahnya kelebihan pengajar. Sampai-sampai, ada sekolah kecil yang mempunyai 15 guru olah raga, sementara di sekolah lain jumlah guru lebih banyak dari murid.

Masyarakat yang memilih melawan korupsi sering menemui jalan terjal, misalnya keluarga George Theodoridis yang berbisnis impor ikan segar dari Turki.

Selama bertahun-tahun mereka harus mengeluarkan suap agar ikan impornya memenuhi standard kelayakan. Januari tahun lalu, mereka mengadukan perkara ini ke Kementerian Pertanian, tapi tak ditanggapi.

November, Wakil Menteri Pertanian baru yang adalah aktivis antikorupsi, Michael Karchimakis, membuka kasus Theoridisi. Penerima suap akhirnya didenda.

Theodoridis beruntung karena istrinya bekerja di Kementerian Pertanian sehingga beroleh akses ke orang yang benar. "Bayangkan apa yang terjadi pada orang yang tak punya koneksi?" katanya seperti dikutip Wall Street Journal.

Itulah Yunani. Tak heran, meski menjadi "tanah suci" untuk filsafat dan etika, kiblat pengajaran dan referensi etika justru telah lama hijrah dari negeri itu ke Jerman, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat. (*)

ANT/B010

Sumber : http://www.antaranews.com/print/1287878344/tentang-yunani

Notes from Tamanaga: Kala Etika di Bawah Karpet

Notes from Tamanaga: Kala Etika di Bawah Karpet

Skandal Penipuan Korporasi Terbesar Jepang oleh Olympus



dok. Olympus

Selasa, 08/11/2011 15:43 WIB

Angga Aliya - detikFinance


Tokyo - Olympus, produsen kamera asal Jepang mengaku telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi.

Pengumuman ini merupakan buntut dari tuntutan mantan CEO Olympus Michael Woodford yang dipecat pada 14 Oktober silam. Woodford meminta perusahaan yang berumur 92 tahun ini menjelaskan transaksi mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 11 triliun.

Presiden Direktur Olympus Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi Kikukawa, yang mundur dari jabatan Presiden dan Komisaris Olympus pada 26 Oktober lalu, sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Sementara Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal Hideo Yamada bertanggung jawab sebagai pihak yang menutup-nutupi. Keduanya menyatakan siap jika dituntut hukuman pidana.

"Saya benar-benar tidak mengetahui kebenaran tentang semua ini," kata Takayama, yang mengaku tidak mengetahui kasus ini sejak jabatan Presiden Direktur diserahkan oleh Kikukawa kepadanya, dalam jumpa pers bersama sekitar 200 wartawan, dikutip dari Reuters, Selasa (8/11/2011).

Pihak Olympus menemukan sejumlah dana mencurigakan terkait akuisisi produsen peralatan medis asal Inggris, Gyrus, pada tahun 2008 lalu senilai US$ 2,2 miliar (Rp 18,7 triliun), yang juga melibatkan biaya penasihat US 687 juta (Rp 5,83 triliun) dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal US$ 773 juta (Rp 6,57 triliun).

Dana-dana tersebut ternyata digunakan untuk menutupi kerugian investasi di masa lalu tersebut. Hal itu terlihat sangat gamblang ketika dalam beberapa bulan kemudian, pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal itu dihapus dari buku.

Kasus ini dipastikan akan menyeret Olympus, beserta para direksi dan akuntannya kena tuntutan pidana untuk pasal manipulasi laporan keuangan dari para pemegang sahamnya. Banyak analis yang kini mempertanyakan masa depan perusahaan yang dibentuk pada 1919 sebagai produsen mikroskop itu.

"Ini sangat serius. Olympus sudah mengaku mengisi data palsu (di laporan keuangan) untuk menutupi kerugian selama 20 tahun. Semua pihak yang terlibat selama 20 tahun harus ikut bertanggung jawab," kata Ryosuke Okazaki, Kepala Investasi ITC Investment Partners.

"Ada kemungkinan terburuk saham Olympus bisa dikeluarkan dari bursa. Masa depan perusahaan ini menjadi sangat suram," jelas Okazaki.

Pengumuman yang mengejutkan ini juga membuat saham Olympus jatuh 29% ke posisi terendahnya dalam 16 tahun terakhir. Perusahaan ini sudah kehilangan 70% nilai pasarnya, setara Rp 5,1 triliun, sejak ditinggal Woodford, yang terus mempertanyakan investasi bodong tersebut.

Pihak Olympus mengaku masih akan menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut sebelum menyatakan apakah ada pihak lain yang ikut terlibat. Mori sudah dipecat pada hari yang sama, sementara auditor internal sudah meminta pengunduran diri.

Kasus yang menimpa Olympus ini langsung menjadi perhatian media lokal karena merupakan skandal penipuan perusahaan terbesar di Jepang sejak serangkaian skandal broker di era 1990-an, salah satunya adalah broker terbesar keempat di Jepang, Yamaichi Securities pada 1997.

Olympus mengaku menyelewengkan sejumlah dana akuisisi tersebut dengan disalurkan ke banyak perusahaan investasi supaya tidak mudah terdekteksi. Praktik yang lazim dilakukan perusahaan-perusahaan Jepang setelah krisis ekonomi Jepang tahun 1990 lalu.

Nippon Life Insurance, salah satu pemegang saham terbesar di Olympus, mendesak produsen kamera itu lebih transparan dalam membeberkan kasus tersebut.

(ang/qom)

 Kamis, 16/02/2012 12:09 WIB
7 Orang Ditangkap Terkait Skandal Korporasi Terbesar Olympus 
Nurul Qomariyah - detikFinance

Mantan Presiden Olympus, Tsuyoshi Kikukawa ditangkap pihak kepolisian Tokyo. Kikukawa yang dipecat dari jabatannya itu merupakan tokoh kunci dibalik skandal finansial terbesar yang mengguncang korporasi Jepang.

Kikukawa dianggap memainkan perananan paling penting saat Olympus menyembunyikan kerugian US$ 1,7 miliar dari neraca perusahaan produsen kamera tersebut. Ia dianggap melanggar UU yang melarang pemalsuan laporan keuangan.

Kantor Jaksa Umum Distrik Tokyo juga mengumumkan penangkapan mantan Vice President Olympus, Hisashi Mori, mantan auditor Hideo Yamada dan mantan pejabat broker, Akio Nakagawa. TIga pejabat lain dari lembaga investasi juga ditangkap oleh Departemen Kepolitian Metropolitan.

Menurut kantor Kejaksaan, ketujuh orang itu dianggap berkonspirasi menyembunyikan kerugian di neraca keuangan Olympus. Mereka melaporkan aset netto Olympus secara konsolidasi mencapai 344,871 miliar yen (US$ 4,4 miliar) untuk tahun fiskal 2006, padahal mestinya hanya 233,737 miliar yen.

Mereka juga membuat laporan palsu untuk keuangan tahun 2007, dengan melaporkan aset netto sebesar 367,876 miliar yen, menutupi nilai sesungguhnya yang hanya 254,246 miliar yen.

Jaksa akan terus melanjutkan penyelidikan dan menggeledah berbagai lokasi yang terkait kasus tersebut, termasuk rumah Kikukawa. Menurut stasiun TV Asahi, ketiga pejabat Olympus telah mengaku kepada jaksa tentang keterlibatannya dalam memalsukan laporan keuangan.

"Kami akan terus bekerjasama penuh dengan pejabat-pejabat terkait untuk fakta-fakta yang belum ter-cover," ujar juru bicara Olympus seperti dikutip dari AFP, Kamis (16/2/2012).

Olympus, produsen kamera asal Jepang sebelumnya mengaku telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi.
Pengumuman ini merupakan buntut dari tuntutan mantan CEO Olympus Michael Woodford yang dipecat pada 14 Oktober silam. Woodford meminta perusahaan yang berumur 92 tahun ini menjelaskan transaksi mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 11 triliun.

(qom/ang)  

 Selasa, 21/02/2012 10:24 WIB
Petinggi Olympus Tewas, Diduga Bunuh Diri 
Nurul Qomariyah - detikFinance

Gurgaon - Seorang petinggi perusahaan yang sedang diterpa skandal keuangan, Olympus Corp ditemukan tewas tergantung di sebuah taman di New Delhi, India. Tsutomo Omori, pimpinan bisnis peralatan medis Olympus di India ditemukan tewas tergantung diduga bunuh diri.

Omori, 49 tahun diduga melakukan bunuh diri disamping taman untuk anak-anak di sebuah kompleks apartemen mewah di Gurgaon, Sushant Lok. Omori ditemukan tergantung di rel besi dinding pembatas taman anak-anak kompleks apartemen DLF The Icon sektor 43-Sushant Lok oleh seorang petugas taman pada Senin (20/2/2012) pukul 08.30 pagi.

Polisi telah menemukan dua surat 'bunuh diri' yang ditulis oleh warga negara Jepang itu. Satu surat ditujukan kepada keluarga Omori, sementara 1 surat lainnya hanya bertuliskan "Saya minta maaf telah mengganggu Anda" yang ditulis dalam bahasa Jepang.

Menurut pihak kepolisian, Omori telah bekerja di Sistem Medis Olumpus yang berkantor di MG Road dan tinggal seorang diri di lantai 8, Blok C di flat perusahaan tersebut dalam 2 tahun terakhir.

Para kolega Omori menggambarkan pria tersebut sebagai seseorang dengan keinginan yang kuat, sehingga tidak yakin Omori melakukan bunuh diri.

Para penghuni The Icon, yang 70% adalah orang asing juga terlihat shock dengan kasus bunuh diri Omori tersebut. Mereka menyatakan, petugas keamanan kompleks tidak mengetahui adanya insiden tersebut hingga seorang petugas taman menemukan tubuh Omori yang sudah tidak bernyawa.

"Saya pergi ke taman anak-anak di Blok E untuk memotong semak-semak ketika saya perhatikan ada tubuh yang tergantung di dinding pembatas. Saya segera menginformasikan ke petugas keamanan," uhar Ram Kumar, petugas taman yang menemukan tubuh Omori itu seperti dilansir Times of India, Selasa (21/2/2012).

Pada September lalu, seorang warga negara Jepang juga melakukan bunuh diri di Gurgaon. Kishi Takahiro, 27 tahun, ditemukan tewas tergantung di dinding atas apartemennya di Berverly Park, yang dihuninya bersama 2 kawannya.

Belum diketahui apakah tewasnya Omori itu terkait dengan skandal keuangan yang sedang menerpa Olympus. Seperti diketahui, pihak kepolisian telah menangkap sejumlah orang yang diduga terkait dengan skandal laporan keuangan Olympus.
(qom/dnl)
 

Kamis, 16 Februari 2012

Ponsel Android dan Apple Mulai Gerogoti Nokia

Jum'at, 10 Februari 2012, 00:21 WIB
 
VIVAnews - Nokia Corporation mengumumkan pemotongan tenaga kerja besar-besaran menyusul kerugian penjualan dan langkah penghematan yang akan diterapkan.

Produsen ponsel Nokia ini mengatakan akan memfokuskan produksi mereka di beberapa pabrik Asia. Dalam pernyataan yang dikutip The New York Times, Rabu 8 Februari 2012, Nokia akan memotong hingga 4.000 karyawan produksi dari tiga pabrik, yaitu 2.300 karyawan di Komarom, Hungaria, 700 orang di Reynosa, Meksiko, dan 1.000 orang di Salo, Finlandia.

Pembicaraan merumahkan karyawan juga dilakukan oleh anak usahanya, yang merupakan perusahaan patungan dengan Siemens, Nokia Siemens Networks. Produsen perangkat jaringan telekomunikasi seluler terbesar kedua dunia ini tengah membicarakan langkah merumahkan 4.000 buruh di Finlandia dan Jerman.

Kantor berita Reuters, 1 Februari melaporkan, langkah efisiensi dan restrukturisasi massal itu mengharuskan Nokia Siemens mengurangi hampir seperempat dari total karyawan mereka saat ini demi menghemat pengeluaran sekitar US$1,31 miliar atau sekitar Rp11,8 triliun per tahun.

Pemotongan jumlah pegawai bagi Nokia sebenarnya bukan kali ini saja.  Pada April tahun lalu, Nokia mengatakan memecat 4.000 tenaga kerja di Inggris, Denmark, dan Finlandia. Nokia juga akan melakukan pengurangan pegawai di beberapa pabriknya pada akhir tahun ini.

Pengurangan jumlah tenaga kerja di Nokia menyusul menurunnya penjualan hingga 21 persen tahun lalu akibat semakin tidak populernya sitem operasi yang dipakai Nokia, Symbian. Di lantai bursa, nilai kapitaliasi pasar Nokia juga menurun hingga US$1,5 miliar pada kuartal keempat tahun lalu.

Penghematan juga dilakukan Nokia untuk ongkos pengembangan ponsel pintar yang bekerjasama dengan Microsoft. Salah satu produknya yang telah dipasarkan adalah Nokia Lumia yang menggunakan sistem operasi Windows.

Pabrik-pabrik di Komarom, Reynosa, dan Salo tidak akan lagi memproduksi ponsel, hanya mengembangkan perangkat lunak dan aplikasi bahasa. Produksi di negara-negara ini dialihkan ke pabrik Nokia di Masan, Korea Selatan, dan Beijing. Wilayah ini dipilih karena dekat dengan perusahaan pengadaan komponen dan distribusi barang.

"Mengalihkan produksi ke Asia dimaksudkan untuk mempercepat waktu penjualan kami. Bekerja dekat dengan pemasok, kami yakin dapat mempercepat Nokia dalam memperkenalkan inovasi baru ke pasar dan semakin meningkatkan daya saing," kata Niklas Savander, Wakil Presiden Eksekutif Nokia untuk ponsel pintar.

Mundur dari Bursa JermanPermasalahan tersebut telah membuat saham Nokia berguguran. Saham Nokia di bursa saham New York Stock Exchange dalam setahun terakhir ini telah anjlok 55,58 persen menjadi US$5,21 pada Rabu 8 Februari.

Karena alasan tekanan ini, pada akhir November memutuskan mundur dari bursa saham di Frankfurt Stock Exchange (FSE), Jerman.

Volume perdagangan saham Nokia diketahui terus mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Perdagangan saham Nokia di FSE termasuk yang paling kecil di antara saham Nokia di bursa efek lain di dunia.

Sebelumnya, Nokia juga pernah mengajukan delisting dari tiga bursa efek utama dunia. Pada 2003, Nokia keluar dari bursa saham London, Inggris. Setahun kemudian delisting dari bursa saham Paris, dan terakhir 2007 keluar dari bursa Stockholm.

Kalah Tarung?Dikutip dari laman mashable.com, Nokia kini tengah dililit sejumlah masalah untuk mempertahankan kinerja perusahaan di tengah persaingan yang makin ketat.
Ponsel pintar Nokia dengan cepat kehilangan pangsa pasar, karena kalah bersaing dengan ponsel pintar yang berjalan pada platform Google Android, seperti Samsung, HTC, LG, dan produk lain. Pesaing lain dari Nokia adalah Apple.

Sebenarnya, langkah Nokia menggandeng Microsoft dengan mengadopsi Windows Phone 7 merupakan strategi bagus. Namun sayang, strategi ini tak banyak menolong Nokia dan menghadang laju Google dan Apple.
Saat ini, Nokia masih tercatat sebagai perusahaan pembuat telepon genggam terbesar di dunia. Namun, kekayaan perusahaan telah berkurang selama 10 tahun terakhir seiring kepemimpinannya di pasar telepon genggam yang makin menurun.

Tak pelak, restrukturisasi perusahaan pun harus dilakukan. Nokia harus melakukan pemotongan anggaran, memberhentikan sejumlah pegawai, menutup pabrik, dan mengoperasikan pekerja outsourcing.
• VIVAnews

Rabu, 15 Februari 2012

FOKUS: Keuangan & Distribusi Keuntungan Liga Champions

Oleh Dede Sugita | GOAL.com – Rab, 15 Feb 2012 11.15 WIB

Selain membidik status sebagai penguasa Eropa, mustahil dibantah bahwa daya tarik lain dari kancah Liga Champions bagi para partisipan adalah hadiah uangnya yang amat menggiurkan.
Tetapi, tahukah Anda bahwa kesuksesan menjadi raja di lapangan hijau dalam kejuaraan terelite level klub Benua Biru ini tak otomatis menjamin tim tersebut akan bertahta pula di level finansial?
Contoh mudah dapat dilihat pada musim lalu. Berdasarkan laporan resmi yang dirilis UEFA pada Agustus 2011, Manchester United yang harus mengakui kedigdayaan Barcelona di partai final ternyata malah tercatat sebagai pengeruk keuntungan terbesar.
Klub Inggris beralias The Red Devils itu memperoleh pendapatan total €53.197.000, sedangkan sang kampiun Los Blaugrana ‘cuma’ kebagian €51.025.000.
Mundur ke musim 2009/10, Inter Milan yang keluar sebagai jawara usai menundukkan Bayern Muenchen di Santiago Bernabeu memang memuncaki juga daftar klub dengan pemasukan tertinggi (€48.759.000), tapi posisi di bawah Il Biscione justru ditempati United (€45.811.000), yang langkahnya terhenti di fase perempat-final.
The Bavarians, finalis yang dalam perjalanannya menjegal laskar pimpinan Sir Alex Ferguson di delapan besar, harus puas mengisi slot ketiga dengan pendapatan €44.862.000.
Mengapa demikian? Well, UEFA selaku penyelenggara kompetisi memang menghargai upaya setiap tim peserta dengan hadiah uang sesuai dengan performa masing-masing.
Seluruh kontestan di fase grup otomatis menerima bonus partisipasi €3,9 juta plus jatah uang tampil setotal €3,3 juta (550 ribu per laga fase grup). Setiap kemenangan di babak ini sama artinya dengan tambahan penghasilan €800 ribu, sementara hasil seri setara €400 ribu.
Tim-tim yang mampu lolos ke first knock-out round (16 besar) memperoleh masing-masing €3 juta, perempat-final €3,3 juta, dan semi-final €4,2 juta, sedangkan tim yang sanggup menembus laga puncak tapi berakhir sebagai runner-up bakal membawa pulang €5,6 juta, dan €9 juta berhak digondol sang pemenang bersama trofi La Orejona tentunya.
Nah, kalau angka-angka di atas diberikan secara adil tergantung hasil pertandingan yang dibukukan setiap tim, lain halnya dengan pembagian fulus dari market pool. Inilah yang terpenting dan paling membedakan jatah yang diterima klub di akhir musim. Simak tabel berikut.
Tabel 1

KLUB BERPENGHASILAN TERTINGGI
DI LIGA CHAMPIONS 2010/11
- Tim-tim yang lolos ke fase knock-out -
KLUBFASE
GRUP
FASE
KNOCK-OUT
MARKET
POOL
TOTAL
Manchester United€11,2 juta€16,1 juta€25,89 juta€53,19 juta 
Barcelona€11,2 juta€19,5 juta€20,32 juta€51,02 juta
Chelsea€11,2 juta€  6,3 juta€27,02 juta€44,52 juta
Schalke€10,8 juta€10,5 juta€18,45 juta€39,75 juta
Real Madrid€11,6 juta€10,5 juta€17,18 juta€39,28 juta
Inter€10,0 juta€  6,3 juta€21,68 juta€37,98 juta
Bayern Muenchen€11,2 juta€  3,0 juta€18,36 juta€32,56 juta
Tottenham€10,4 juta€  6,3 juta€14,43 juta€31,13 juta
Roma€10,0 juta€  3,0 juta€17,08 juta€30,08 juta
Arsenal€10,4 juta€  3,0 juta€16,58 juta€29,98 juta
AC Milan€  9,6 juta€  3,0 juta€13,19 juta€25,79 juta
Marseille€10,4 juta€  3,0 juta€11,68 juta€25,08 juta
Valencia€10,4 juta€  3,0 juta€10,65 juta€24,05 juta
Lyon€10,0 juta€  3,0 juta€  9,65 juta€22,65 juta
Shakhtar Donetsk€11,2 juta€  6,3 juta€  3,78 juta€21,28 juta
FC Copenhagen€10,0 juta€  3,0 juta€  8,24 juta€21,24 juta

Dari data di atas dapat dilihat bahwa penghasilan total United terdongkrak porsi market pool mereka. Sementara Chelsea muncul sebagai tim dengan bagian market pool terbesar sehingga bisa melejit ke urutan ketiga meski terdepak di delapan besar UCL 2010/11.

Lantas, apa sih yang disebut market pool dan kenapa pembagiannya tidak merata bahkan terkesan jomplang? Market pool adalah alokasi dana dari UEFA yang dibagikan kepada semua partisipan Liga Champions.

Perbedaan jatah pembagian ditentukan beberapa faktor, di antaranya terutama kontribusi nilai kontrak televisi liga domestik tim bersangkutan dalam pemasaran hak siar televisi dan hak komersial Liga Champions, posisi tim tersebut di liga domestik pada musim sebelumnya, serta sejauh mana laju mereka di Liga Champions musim terkini.

Dengan demikian, jadi terasa wajar apabila klub-klub anggota liga utama Eropa memperoleh bagian lebih besar ketimbang utusan liga minor semacam Liga Ukraina (Shakhtar Donetsk, di UCL lolos hingga perempat-final) dan Liga Denmark (FC Copenhagen, 16 besar).

Dua klub yang disebut terakhir ini bahkan harus rela kebagian jatah lebih kecil dibanding beberapa tim yang gagal melangkah ke babakknock-out. Pemasukan total mereka pun kalah gede daripada Panathinaikos. (Lihat tabel 2)

Logikanya, laga yang melibatkan wakil dari liga-liga ternama pasti lebih laku dijual hak siar televisi dan hak komersialnya sekaligus menambah pula pendapatan UEFA sebagai pemegang kewenangan tunggal dalam memasarkan Liga Champions.

Chelsea sendiri melahap porsi "kue" terbesar berkat status mereka sebagai juara bertahan Liga Primer, liga berdaya jual paling tinggi, plus fakta sepasang duel perempat-final UCL versus United menyedot banyak perhatian.

Ya, selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, besarnya animo penonton yang kadang sulit diterka pun turut mempengaruhimarket pool. Ini sekaligus menjelaskan kenapa Schalke 04 (runner-up Bundesliga) bisa unggul tipis dari Bayern Muenchen yang berstatus Deutscher Meister 2009/10.

Perjalanan Die Koenigsblauen membuat kejutan lolos ke empat besar ternyata amat mengundang atensi pemirsa layar kaca, khususnya saat mereka menjungkalkan Inter Milan di perempat-final dan ketika dibekuk United di semi-final.

Jatah market pool Schalke bahkan lebih tinggi dari Real Madrid meskipun Los Blancos bersua Barcelona yang menyingkirkan mereka dalam bentrokan sengit el clasico di semi-final.
Tabel 2

KLUB BERPENGHASILAN TERTINGGI
DI LIGA CHAMPIONS 2010/11
- Tim-tim yang gagal lolos ke fase knock-out -
KLUBFASE
GRUP
MARKET 
POOL
TOTAL
Panathinaikos€8,0 juta€14,37 juta€22,37 juta
Bursaspor€7,6 juta€12,45 juta€20,05 juta
Rangers€9,2 juta€  9,32 juta€18,52 juta
CFR Cluj€8,4 juta€10,01 juta€18,41 juta
Werder Bremen€8,8 juta€  8,65 juta€17,45 juta
Rubin Kazan€9,2 juta€  4,56 juta€13,74 juta
Auxerre€8,0 juta€  5,72 juta€13,72 juta
Spartak Moscow€9,6 juta€  4,11 juta€13,71 juta
Twente€9,2 juta€  4,23 juta€13,43 juta
Ajax€9,2 juta€  3,12 juta€12,32 juta
SC Braga€9,6 juta€  2,24 juta€11,84 juta
Benfica€4,0 juta€  3,03 juta€11,83 juta
Basel€8,8 juta€  2,19 juta€10,99 juta
Hapoel Tel-Aviv€8,8 juta€  1,30 juta€10,10 juta
FK Partizan€7,2 juta€  1,31 juta€  8,51 juta
MSK Zilina€7,2 juta€  0,21 juta€  7,41 juta

Lalu, untuk musim 2011/12 yang sebentar lagi akan menggelarkick-off babak 16 besar, apakah klub yang mengangkat trofi di Allianz Arena pada 19 Mei mendatang bakal mengeruk keuntungan terbesar juga seperti Inter dua tahun silam? Atau justru mesti rela menerima penghasilan lebih kecil seperti Barca musim kemarin?

Well, seperti telah dijabarkan di atas, besaran pendapatan satu tim di kancah Liga Champions tak selalu selaras dengan kesuksesan di lapangan, dan satu yang paling pokok lantaran adanya pembagian porsi market pool. Kita nantikan saja.