Jum'at, 15 Juli 2011 , 01:33:00 WIB
RMOL.Bos Para Group Chairul Tanjung akhirnya mundur dari daftar pembeli Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI). Dia mengaku tidak sanggup mengelola risiko keuangan di bank syariah pertama di Indonesia tersebut.
“Setelah melihat secara teliti dan sebagainya, ketika kita melihat, risikonya terlalu besar,” ungkap pria yang kerap dijuluki CT ini usai Peresmian Gedung Kantor Wilayah Jakarta Bank Mega di Cikini, Jakarta, kemarin.
Ditanya apakah sikap mundurnya itu terkait dengan harga yang ditawarkan pemilik Bank Muamalat, Ketua Unun Dewan Ekonomi Nasional (DEN) ini enggan menjelaskan lebih jauh. “Kamu artiin saja sendiri,” cetus CT.
Dia beralasan, bank yang sudah mengajukan pembelian atau penelitian menyeluruh (due diligence) tidak boleh mengungkapkan rahasia banknya. “Kita tidak boleh membicarakan isi perut bank yang sudah due diligence,” timpal bos Trans TV ini.
Manuver bisnis CT dalam dua tahun terakhir terbilang sangat agresif. Setelah membeli saham peritel kakap PT Carrefour Indonesia, dia juga memborong saham media online Detik.com. CT juga memiliki Bank Mega.
Sebelumnya, Direktur Perbankan Bank Indonesia (BI) Syariah Mulya Siregar mengata-kan, ada tiga investor lokal dan lima investor asing yang bersaing memperebutkan Bank Muamalat. Investor lokal itu antara lain PT Saratoga Investama Sedaya milik Sandiaga Uno, Para Group dan Bank Mandiri.
Sedangkan investor asingnya antara lain Standard Chartered Plc (Stanchart), Qatar Islamic Bank SAQ, Oversea Chinese Banking, OCBC Overseas dan ING Baring Bank.
Dia mengatakan, sampai saat ini belum ada penyelesaian akhir di antara Bank Muamalat dan salah satu dari delapan investor tersebut.
“Belum ada yang deal. Kita belum tawarkan berapa harganya,” ujar Mulya seraya menambahkan, bagi BI, siapapun yang membeli sudah seharusnya mempunyai prospek long term commitment terhadap Bank Muamalat. (Rakyat Merdeka, 14/7).
Selain Para Group, PT Bank Permata Tbk juga mundur dari tender karena soal risiko keuangan. “Kami sudah mundur. Bukan gagal, tetapi kami memutuskan mundur dari bidding selanjutnya,” ujar Wakil Direktur Utama PermataBank Herwidayatmo.
Pemerintah menilai, penjual Bank Muamalat mematok harga kelewat tinggi, yaitu 3,2 kali rasio harga saham terhadap laba bersih per saham.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengungkapkan, harga tersebut terlampau tinggi karena rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (price to earning ratio atau P/E Ratio) perusahaan sejenis berada di kisaran 2-2,2 kali.
Selama 2010, Bank Muamalat bisa meraih keuntungan sebesar Rp 238,2 miliar atau naik 200 persen dari Rp 78,7 miliar pada 2009. Dirut Bank Muamalat Arviyan Arifin mengatakan, pencapaian laba yang signifikan ini karena keberhasilan mengelola dana pihak ketiga (DPK).
Pada kuartal pertama tahun 2011, DPK Muamalat naik 54,7 persen jadi Rp 17,5 triliun dibanding periode yang sama tahun 2010. Sementara asetnya naik dari Rp 16 triliun pada 2009 jadi Rp 21,5 triliun pada 2010.
Direktur Program Ekonomi dan Finance Islami Universitas Trisakti Sofyan S Harahap tidak mempermasalahkan penjualan saham Muamalat ke asing. Yang terpenting, tidak merusak kaidah syariah bank tersebut. [rm]