Selasa, 30 April 2013

WIKA Bangun Dua PLTMH Senilai US$ 40 Juta di Lampung

oleh Fiki Ariyanti 
 Posted: 11/02/2013 08:35
 
 PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akan memulai kontruksi pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTMH) di Lampung sekitar 20 megawatt (MW) pada Juli 2013.

Direktur Operasi Wilayah III WIKA, Ikuten Sinulingga mengungkapkan, saat ini BUMN jasa konstruksi sedang melakukan studi kelayakan (feasibility study/FS) di dua lokasi daerah Lampung Barat.

"Tim lagi menyusun FS tentang potensinya, pembentukan lay out, izin atau pembebasan tanah. Jika itu sudah dirampungkan, tahap selanjutnya adalah konstruksi dan perjanjian jual beli listrik dengan PLN," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (11/2/2013).

Dia bilang, pembebasan lahan dan izin konstruksi terus diupayakan. Pasalnya, perseroan harus mempertimbangkan status tanah di kedua lokasi tersebut, mengingat lahan yang akan dipergunakan untuk membangun PLTMH merupakan milik penduduk maupun kehutanan.

"Bila telah terpenuhi, konstruksi baru bisa berlangsung sekitar bulan Juli tahun ini dan bisa beroperasi di akhir 2014," terang dia.

Lebih jauh Ikuten menuturkan, PLTMH di Lampung akan mempunyai kapasitas masing-masing 10 MW dengan nilai kebutuhan investasi mencapai US$ 1,5-2 juta per MW. Jika dihitung, untuk total kapasitas dua PLTMH 20 MW, perseroan harus menyiapkan anggaran sekitar US$ 40 juta.

"Pendanaan akan dipenuhi dari 30% ekuitas dan 70% pinjaman perbankan. Listrik bakal dijual kepada PLN seharga Rp 780 per kilowatthour (kWh)," pungkasnya.

Di Lampung, dia menjelaskan, progres perseroan untuk merealisasikan rencana ini telah selangkah lebih maju dibanding dua wilayah lain yang juga merupakan incaran WIKA, yakni di Sumatera Utara (Sumut) dan Jawa Barat (Jabar).

"Ada beberapa daerah di Sumut, seperti Mandailing Natal dan lainnya yang sudah mau diakuisisi tapi batal karena tidak begitu menguntungkan dari sisi finansial. Begitupula dengan Jabar," paparnya.

Tidak berhenti sampai di situ, perseroan masih berniat mencari daerah lain di kedua daerah tersebut untuk membangun PLTMH sebanyak-banyaknya. (Fik/Ndw) 
 
Sumber :  http://bisnis.liputan6.com/read/508963/wika-bangun-dua-pltmh-senilai-us-40-juta-di-lampung 

Selasa, 15 Januari 2013

Ada Pembangkit Listrik Minihidro di NTB, PLN Hemat BBM

Wiji Nurhayat - detikfinance
Sabtu, 12/01/2013 11:23 WIB
 
 Jakarta - PLN meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Kokok Putih di Nusa Tenggara Barat (NTB). PLTM berdaya 2x2 megawatt (MW) terletak di Desa Bilok Petung Kecamatan Sembaluh Lotim NTB.

Direktur Operasi PLN Indonesia Timur Vickner Sinaga mengatakan dengan adanya PLTM ini, PLN akan menghemat pemakaian BBM.

"Konsumsi solar untuk pembangkit listrik di NTB ini mencapai 96%. Sampai akhir tahun ini harus bisa dikurangi hingga setengahnyategas Vickner Sinaga saat memberikan arahan pada peresmian PLTM Kokok Putih, Jumat (11/01/2012).

Hadirnya PLTM pada sistem kelistrikan di Wilayah NTB khususnya di Pulau Lombok merupakan salah satu usaha untuk mengurangi konsumsi BBM/solar, yang saat ini mencapai Rp 3.200/kWh, dengan harga BBM mencapai Rp 9.000/liter dan ongkos angkut mencapai Rp 120,95/liter.

Tercatat, selama 2012, PLN Wilayah NTB telah menyelesaikan beberapa proyek pembangkitlistrik swasta atau IPP (Independent Power Producer) dari energi terbarukan yang dibangun oleh pengembang, antara lain PLTMH Sesaot, Lobar (1 MW) dan Cakaranegara, Mataram (0,6 MW) oleh pengembang PT Tirta Daya Rinjani dan PLTM Kokok Putih Lotim (3,8 MW) oleh PT Nusantara Indo Energy. Ketiga PLTM tersebut dikelola oleh IPP dengan harga beli energi oleh PLN Wilayah NTB sebesar Rp 852,8/kWh (Peraturan kementerian ESDM No. 4 tahun 2012).

Lebih lanjut Vickner mengatakan, bahwa untuk Energi Baru dan Terbarukan (EBT), yaitu PLTM/PLTMH bukan hal baru bagi sistem kelistrikan PLN Wilayah NTB. Sebelumnya terdapat PLTMH Pengga 0,3 MW di Lombok Tengah; PLTMH Mamak 0,4 MW di Sumbawa; PLTMH Narmada 0,05 MW di Lombok Barat, dan PLTMH Kukusan 0,2 MW Lombok Timur.

Kedepannya yang sedang dalam proses kontruksi dan akan menyusul COD pada tahun 2013, ini PLTM Santong 1 MW di Lombok Utara dan PLTM Segara 1 & 2 berdaya 7,5 MW di Lombok Utara.

"Dan yang masih dalam proses perizinan PLTM Bintang Bano 8,8 MW di Sumbawa; PLTM Sedau 1.3 MW Lombok Barat; PLTM Brangrea 6,4 MW di Sumbawa; PLTM Koko Babak 2,3 MW di Lombok Tengah; PLTM Sambelia 3 MW di Lombok Timur dan PLTA Brang Beh 18 MW di Sumbawa," imbuhnya.

Selanjutnya ketiga PLTM/PLTMH yang beroperasi di penghujung tahun 2012 tersebut akan mampu menghasilkan Produksi kWh = 33.112,8 GWh/tahun (CF = 70 %) sehingga dikaitkan dengan harga beli kWh (Permen 04 Th 2012) PLN Wilayah NTB akan dapat menghemat konsumsi BBM mencapai Rp 123 miliar/tahun.

Hadirnya Peraturan kementrian ESDM Nomor 4 Tahun 2012 menarik minat banyak investor untuk membangun PLTM/PLTMH di wilayah kerja PLN Wilayah NTB. Hal ini turut mendorong jajaran manajemen PLN NTB berpartisipasi aktif mendukung investor dalam pembangunan di bidang EBT khususnya di bidang PLTM.
 

Selasa, 08 Januari 2013

Selamat Tinggal Netbook

KOMPAS.com - Siapa yang tak kenal netbook? Jenis komputer portabel yang kecil dan ringan ini pertama kali diperkenalkan oleh Asus dengan seri Eee PC pertamanya lima tahun silam. Netbook kemudian menjadi populer karena menawarkan bentuk ringkas dan harga yang murah.

Namun, laptop mungil yang sempat menjamur lewat tawaran dari berbagai merek ini mungkin akan sulit ditemui mulai tahun 2013. Seperti dikutip dilansir DigiTimes, pasar netbook disebut akan "resmi berakhir" setelah Acer dan Asus -dua produsen besar netbook asal Taiwan- selesai menjual stok yang tersisa.

Acer pada awal Desember 2012 mengumumkan pihaknya tak akan lagi membuat model-model netbook. "Kami mengalihkan fokus untuk meningkatkan laba, ketimbang berebut pangsa pasar secara membabibuta lewat produk yang murah tapi tidak menguntungkan," ujar CEO Acer J.T. Wang mengungkapkan alasan perusahaannya ketika itu.

Asus, sang pelopor netbook, dilaporkan telah lebih dulu menghentikan produksi netbook pada September lalu.

Di Indonesia, pihak lain yang juga akan berhenti memasarkan netbook adalah Hewlett Packard (HP). Menurut Market Development Manager HP Indonesia Cynthia Defjan, pihaknya telah menerima pengiriman (shipment) terakhir pada Oktober 2012. Mulai 2013, netbook HP disebutnya bakal menghilang dari pasaran.

Untuk menggantikan kekosongan yang ditinggalkan netbook, sejumlah produsen mengeluarkan model-mode notebook konvensional dari kelas entry level yang dijual dengan kisaran harga sedikit lebih tinggi dari netbook.

Intel sendiri disebut akan tetap memproduksi seri prosesor "Atom" yang dulu ditujukan bagi netbook. Tapi peruntukannya telah berubah menjadi embedded devices.

Kalah dari Tablet

Penyebab kejatuhan netbook, tak lain dan tak bukan, adalah pertumbuhan komputer tablet yang luar biasa. Di Indonesia, misalnya, berdasarkan data IDC, shipment tablet naik 100 persen di kuartal kedua 2012, sementara kuartal ketiga mencatat kenaikan 50 persen.

Pasar netbook pun terkikis karena konsumen mulai lebih memilih tablet ketimbang netbook untuk memenuhi keperluan-keperluan ringan seperti browsing dan mengakses media sosial.

Inilah yang memaksa para produsen netbook mengambil keputusan untuk berhenti memproduksi perangkat itu. Menurut DigiTimes, saat ini hanya ada dua produsen utama yang bersaing di pasar netbook, yaitu Asus dan Acer. Itupun penjualan utamanya terjadi di pasar negara berkembang, seperti di wilayah Asia Tenggara dan Afrika.

Produsen yang masih secara aktif memasarkan perangkat yang "mirip" netbook adalah Google dengan Chromebook miliknya. Chromebook adalah komputer jinjing murah yang mengandalkan jaringan cloud untuk beroperasi.

Tidak diketahui berapa banyak Chromebook yang dibuat melalui kerjasama dengan Acer dan Samsung telah berhasil dijual, akan tetapi angkanya diperkirakan tidak banyak.

Konsep komputer ringkas dan ringan yang dipelopori oleh netbook telah diambil alih oleh Ultrabook, yang menawarkan bentuk tipis dan kinerja lebih tinggi.

Sayang, meski diprediksi bakal menjadi tren mainstream di masa depan, harga Ultrabook boleh dibilang masih berada di luar jangkauan kantong sebagian besar pengguna di tanah air.

Netbook sendiri hingga saat ini masih bisa ditemukan di pasaran Indonesia dengan kisaran harga Rp 3 juta. Mungkin keadaan ini hanya akan berlangsung sementara, sebelum stok yang tersedia habis terjual. 2013 telah dicanangkan sebagai akhir cerita bagi komputer ringkas dan murah meriah ini.

Selamat tinggal netbook!
Editor: Reza Wahyudi