Tegakkan Terus Etika Bisnis
Monday, December 19th, 2011oleh : Harmanto Edi Djatmiko

KOMPAS.com - Kebutuhan emas pada masa datang bakal terus meningkat. Bukan hanya karena emas menjadi simbol kebudayaan peradaban manusia, tetapi juga simbol gengsi ekonomi.
Banyak analis emas mengatakan, harga emas akan terus meningkat selama permintaan jauh lebih besar dari pasokan. Saat ini, cadangan emas Indonesia tercatat 3.000 ton dan yang sudah dieksploitasi per 2009 baru 65 ton.
Di tengah ketidakpastian ekonomi AS dan Eropa, harga emas di pasar global naik ke 1.822 dollar AS per troy ounce pada Selasa (23/8/2011) dari 740 dollar AS pada Oktober 2007. Bank of America pernah meramal, harga emas dapat mencapai 2.000 dollar AS, sementara JP Morgan mengalkulasi akhir tahun ini menjadi 2.500 dollar AS.
Kenaikan harga emas di Indonesia berkisar antara 20-40 persen per tahun. Tahun 1990, misalnya, harga emas Rp 20.000/gram. Sembilan tahun kemudian, melejit ke Rp 360.000, tahun lalu jadi Rp 430.000, dan Rabu (24/8/2011) menyentuh Rp 540.000/gram.
Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah tak bisa memperkirakan berapa lama harga emas bakal terus di atas Rp 500.000/gram. ”Selama terjadi ketidakpastian ekonomi dan keuangan global, harga emas akan terus melambung,” kata Difi.
Namun, ekonom Danareksa, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan, harga emas perlu disikapi waspada karena semua komoditas tidak imun gejolak yang akhirnya menurunkan permintaan.
Harga emas ditopang persepsi perekonomian AS dan Eropa akan terpuruk. Jika krisis di dua wilayah itu benar terjadi, permintaan emas dunia akan anjlok. Bila produksi emas tetap tinggi, harga jual emas akan turun. Besarnya penurunan harga bergantung dalamnya krisis. Jika krisis sangat parah, dapat diartikan turunnya daya beli masyarakat sehingga permintaan emas turun.
”Tidak mungkin harga emas sampai 2.500 dollar AS. Indeks utama ekonomi di Eropa turun empat bulan terakhir. Artinya, dalam 2-3 bulan bisa saja krisis mulai terjadi di Eropa. Harga emas juga bisa turun karena pemilik usaha akan melepas emasnya untuk membiayai dampak krisis,” tambah Purbaya kepada Kompas, akhir pekan lalu.
Komoditas biasa
Emas perlu dilihat sebagai komoditas biasa, analog dengan harga minyak dunia yang melonjak hingga 147 dollar AS/barrel tahun 2008. Segera setelah itu, harga turun hingga 40 dollar AS. Daya beli turun, sementara pasokan melambung.
Wakil Presiden Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk Herman Djazi sependapat, potensi penurunan harga emas tetap terbuka. Harga emas masih mungkin terkoreksi ke 1.750 dollar AS.
”Harga emas Jumat (19/8/2011), menembus rekor tertinggi sepanjang masa, di atas 1.840 dollar AS. Semua kondisi mendukung peningkatan permintaan emas sehingga perlu ada penjualan masif dan membuat harga terkoreksi,” ujar Herman.
Pejabat Eksekutif Tertinggi (CEO) Vibiz Consulting Alfred Pakasi menyatakan, harga emas akan terus meningkat selama permintaan jauh lebih besar dari pasokan. Permintaan emas, menurut dia, bukan hanya dari konsumen eceran, melainkan juga bank sentral yang akan mendiversifikasi cadangan devisa ke emas. ”Kalau yang belanja Bank Sentral China, pasti skalanya cukup besar,” kata Pakasi.
Menurut dia, sejauh ini, tidak ada data resmi pembelian emas oleh bank-bank sentral. ”Tetapi, wajar jika bank sentral mendiversifikasi cadangan devisanya ke emas saat dollar AS cenderung melemah di tengah longgarnya kebijakan Bank Sentral AS yang mungkin kembali menggelontor pasar dengan uang tunai melalui cetak uang,” kata Pakasi.
Jaminan emas
Emas dalam sejarah menjadi alat tukar dalam aktivitas ekonomi sejak dulu. Pada zaman pemerintahan Julius Caesar di Kekaisaran Romawi, nilai tukar mata uang diukur dengan kadar karat koin emas.
Perkembangan perdagangan yang semakin kompleks menuntut alat tukar lebih fleksibel tanpa mengurangi nilai tukar. Muncullah uang kertas menggantikan koin emas.
Untuk mencetak uang kertas tiap negara tak bisa sembarangan. Perjanjian Bretton Woods tahun 1944 oleh 44 negara mengatur pencetakan uang kertas harus dijamin emas setara nilai mata uang kertas yang dicetak. Itulah yang disebut cadangan devisa emas dan standar emas.
Uang kertas yang akan dicetak harus dijamin harga emas senilai 35 dollar AS/troy ounce. Artinya, satu dollar AS yang akan dicetak harus senilai 1/35 troy ounce emas. Namun, sistem moneter dunia itu tak langgeng. Pemerintah AS kesulitan keuangan akibat kekalahan Perang Vietnam 1971 sehingga tak dapat membayarkan emas sebanyak uang dollar yang dicetak. Maka. kesepakatan dicabut. Saat itulah cadangan devisa sebuah bank sentral tak lagi hanya ditopang dengan cadangan emas, tetapi juga valuta asing dan yang terbanyak berbentuk dollar AS.
Meskipun emas tengah berjaya, Bank Indonesia ogah menambah cadangan emas. ”Emas semakin mahal. Padahal, kami memiliki cadangan emas cukup besar. Jadi, kami tidak beli emas,” ujar Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution kepada pers Jumat (19/8/2011).
Catatan Kompas, Maret lalu, cadangan emas BI naik 1,51 persen menjadi setara 3,34 miliar dollar AS. Kini, cadangan devisa BI 123 miliar dollar AS, terdiri dari valuta asing dan emas.
Difi Ahmad Johansyah menjelaskan, BI tidak menempuh cara yang dilakukan sejumlah bank sentral. ”Berbeda dengan China dan Rusia yang agresif membeli emas untuk cadangan devisa, BI tidak. Alasan China, meningkatkan neraca pembayaran dengan AS. Rusia tentu punya pertimbangan lain,” kata Difi.
Menurut Difi, sistem moneter ala Bretton Woods tidak akan digunakan lagi karena tak mungkin lagi emas menjadi jaminan menerbitkan uang kertas. (HAR/OIN/NMP)
10-akuisisi-terbesar-yang-dilakukan-google
Raksasa bidang teknologi industri, Google Inc, telah mengumumkan akan membeli perusahaan pembuat ponsel Motorola Mobility Holdings Inc. Dengan pembelian ini, Google diprediksi akan gencar mengincar pasar ponsel, setelah sebelumnya sukses meluncurkan sistem operasi untuk ponsel, Android.
Seperti dikutip dari laman Mashable, Google disebut telah membeli 100 perusahaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Beberapa di antaranya merupakan perusahaan start-up, yang sudah memiliki komunitasnya sendiri. Selain itu, Google juga membeli sejumlah perusahaan pembuat aplikasi dan software, yang memungkinkan Google merajai bidang teknologi informasi.
Berikut merupakan 10 pembelian perusahaan termahal yang dilakukan Google, mengutip dari laman Mashable:
10. dMarc Broadcasting | US$ 102 juta
Google membeli perusahaan advertising dMarc Broadcasting pada 17 Januari 2006. Sebelumnya, dMarc dikenal memiliki jaringan advertising radio terbesar, dengan melayani 4.600 stasiun radio. Oleh Google, dMark kemudian digunakan untuk mengembangkan Google AdSense.
9. On2 Technologies | US$ 133 juta
Google mengakuisisi 0n2 Technologies pada Februari 2010. Selama ini, On2 dikenal sebagai pembuat video codec, atau software yang digunakan untuk kompresi video. Salah satu produk andalan yang dihasilkan On2 adalah True Motion, dengan segala variannnya (True Motion S, True Motion 2, True Motion RT 2.0). Google kemudian mengoptimalkan pembelian On2 untuk mengembangkan WebM, format audio-video yang didesain untuk menyediakan kompresi video.
8. Slide.com | US$ 182 juta
Google membeli Slide.com pada 4 Agustus 2010. Slide.com merupakan situs interaktif yang didirikan oleh salah satu pendiri PayPal, Max Levchin. Dikenal sebagai pembuat aplikasiphoto sharing yang digunakan di jejaring sosial, dari era Friendster, Slide.com menjadi pengembang terbesar aplikasi pihak ketiga (third-party applications) untuk Facebook. Dengan pembelian Slide.com inilah Google disebut mulai melirik social media.
7. Admeld | US$ 400 juta
Google membeli Admeld di bulan Juni 2011. Admeld merupakan perusahaan yang memiliki spesialisasi di pengembangan advertising online. Saat itu, pembelian Admeld bersamaan dengan akuisisi Google terhadap DoubleClick dan Invite Media.
6. Postini | US$ 625 juta
Google mengakuisisi Postini pada 9 Juli 2007. Postini merupakan perusahaan pengembang keamanan email dan web, serta pengarsipan onlinne. Dengan pembelian Postini ini Google kemudian memperkuat pengamanan dan pengarsipan di Gmail.
5. ITA Software | US$ 700 juta
Google mengumumkan akuisisi ITA pada Juli 2010. ITA Software merupakan perusahaan pengembang software yang digunakan untuk industri travel. Produk pertama yang dikembangkan ITA adalah pencarian tiket dan sistem pembayaran yang disebut QPX. Sistem ini digunakan oleh sejumlah perusahaan travel online seperti Kayak.com, dan sejumlah maskapai di Amerika Serikat dan Eropa. Oleh Google, pembelian ITA digunakan untuk pengembangan bidang travel dan pencarian penerbangan (flight search).
4. AdMob | US$ 750 juta
Google mengakuisisi AdMob di November 2009. AdMob merupakan perusahaan mobile advertising. Pembelian ini dioptimalkan Google untuk pengembangan bisnis mobile advertising.
3. YouTube | US$ 1,65 milyar
Pembelian YouTube dilakukan Google pada November 2006. YouTube merupakan websitevideo-sharing, yang memungkinkan pemilik akunnya untuk share dan melihat video. Google kemudian mengembangkan YouTube secara unik, dan tidak diresapkan ke dalam aplikasi video yang sebelumnya telah dimiliki Google, yaitu Google Video. Sekarang, YouTube digunakan Google sebagai pelengkap (subsidiary), yang juga menjadi aplikasi tambahan di tiap ponsel berbasis Android.
2. DoubleClick | US$ 3,1 milyar
Google membeli DoubleClick di bulan April 2007. Sebelumnya, DoubleClick dikenal sebagai pelopor advertising online yang menggunakan Application Service Provider (ASP). Pembelian DoubleClick kemudian dioptimalkan Google untuk pengembangan AdSense.
1. Motorola Mobility | US$ 12,5 milyar
Akuisisi Motorola merupakan akuisisi teranyar dan termahal yang dilakukan Google, pada 15 Agustus 2011. Sebelumnya, Motorola hanya satu dari 39 perusahaan pembuat ponsel yang menggunakan sistem operasi Android milik Google. Dengan pembelian Motorola, Google diprediksi ingin semakin bersaing dengan Apple, yang saat ini merajai pasar ponsel dengan iPhone-nya. Walau iPhone merajai pasar ponsel, namun Android masih menguasai pasar di sistem operasi. Sungguh menarik disimak persaingan Google vs Apple di bidang ponsel, setelah pembelian Motorola oleh Google ini.
Erlangga Djumena | Kamis, 31 Maret 2011 | 10:32 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 44 bank mulai Kamis (31/3/2011) ini mengumumkan besaran Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang berlaku di bank mereka dengan memuat di website dan menempel pengumuman di kantor-kantor cabang.
Beberapa website bank besar seperti BRI, BCA, Bank Mandiri dan BNI mulai memuat pengumuman SBDK yang berlaku mulai 31 Maret sesuai kebijakan Bank Indonesia untuk membuat transparan penetapan suku bunga kredit di bank-bank.
Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali di Jakarta, Kamis mengatakan, kebijakan BI ini sangat besar manfaatnya bagi pembelajaran masyarakat dan perbankan sendiri. "Meski dampaknya tidak akan terlihat langsung tapi ini akan mengarahkan bank lebih efisien," katanya.
SBDK yang ditetapkan BRI yaitu kredit korporasi 10,68 persen, kredit ritel 12,86 persen, kredit konsumsi KPR 11,49 persen dan konsumsi non KPR 13,00 persen.
Sementara SBDK yang ditetapkan BCA, kredit korporasi 9 persen, ritel 11 persen, KPR 9,5 persen dan non KPR 10,05 persen. Sedangkan Bank Mandiri menetapkan SBDK untuk kredit korporasi 11,25 persen, ritel 13,00 persen, KPR 11,75 persen dan non KPR 13,25 persen. BNI menetapkan SBDK untuk kredit korporasi 10,75 persen, ritel 13,05 persen, KPR 12,72 persen dan non KPR 10,93 persen. Kebijakan pengaturan publikasi SBDK dikeluarkan BI akhir Desember 2010 dengan tujuan untuk meningkatkan transparansi mengenai karakteristik produk perbankan termasuk manfaat, biaya dan risikonya untuk memberikan kejelasan kepada nasabah, dan meningkatkan "good governance" serta mendorong persaingan sehat dalam industri perbankan melalui terciptanya disiplin pasar yang lebih baik.
Suku bunga yang dibebankan pada debitor (lending rate) adalah penjumlahan dari SBDK ditambah dengan premi risiko. Sedangkan SBDK terdiri atas tiga komponen yaitu angka akhir hasil penjumlahan harga pokok dana untuk kredit (HPDK), biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit, dan marjin keuntungan (profit margin).
Dengan demikian, besarnya suku bunga kredit yang dikenakan pada debitur belum tentu sama dengan SBDK. Adapun premi risiko merepresentasikan penilaian bank terhadap prospek pelunasan kredit oleh calon debitur yang antara lain mempertimbangkan kondisi keuangan debitur, jangka waktu kredit dan prospek usaha yang dibiayai.
Untuk tahap awal, bank yang pada dan/atau setelah 28 Februari 2011 berdasarkan posisi Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) mempunyai total aset Rp10 triliun atau lebih wajib melakukan publikasi informasi SBDK dalam rupiah.
Jenis kredit yang wajib diumumkan terdiri atas tiga jenis yaitu kredit korporasi, kredit ritel dan kredit konsumsi (KPR dan non KPR).
RMOL.Bos Para Group Chairul Tanjung akhirnya mundur dari daftar pembeli Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI). Dia mengaku tidak sanggup mengelola risiko keuangan di bank syariah pertama di Indonesia tersebut.
“Setelah melihat secara teliti dan sebagainya, ketika kita melihat, risikonya terlalu besar,” ungkap pria yang kerap dijuluki CT ini usai Peresmian Gedung Kantor Wilayah Jakarta Bank Mega di Cikini, Jakarta, kemarin.
Ditanya apakah sikap mundurnya itu terkait dengan harga yang ditawarkan pemilik Bank Muamalat, Ketua Unun Dewan Ekonomi Nasional (DEN) ini enggan menjelaskan lebih jauh. “Kamu artiin saja sendiri,” cetus CT.
Dia beralasan, bank yang sudah mengajukan pembelian atau penelitian menyeluruh (due diligence) tidak boleh mengungkapkan rahasia banknya. “Kita tidak boleh membicarakan isi perut bank yang sudah due diligence,” timpal bos Trans TV ini.
Manuver bisnis CT dalam dua tahun terakhir terbilang sangat agresif. Setelah membeli saham peritel kakap PT Carrefour Indonesia, dia juga memborong saham media online Detik.com. CT juga memiliki Bank Mega.
Sebelumnya, Direktur Perbankan Bank Indonesia (BI) Syariah Mulya Siregar mengata-kan, ada tiga investor lokal dan lima investor asing yang bersaing memperebutkan Bank Muamalat. Investor lokal itu antara lain PT Saratoga Investama Sedaya milik Sandiaga Uno, Para Group dan Bank Mandiri.
Sedangkan investor asingnya antara lain Standard Chartered Plc (Stanchart), Qatar Islamic Bank SAQ, Oversea Chinese Banking, OCBC Overseas dan ING Baring Bank.
Dia mengatakan, sampai saat ini belum ada penyelesaian akhir di antara Bank Muamalat dan salah satu dari delapan investor tersebut.
“Belum ada yang deal. Kita belum tawarkan berapa harganya,” ujar Mulya seraya menambahkan, bagi BI, siapapun yang membeli sudah seharusnya mempunyai prospek long term commitment terhadap Bank Muamalat. (Rakyat Merdeka, 14/7).
Selain Para Group, PT Bank Permata Tbk juga mundur dari tender karena soal risiko keuangan. “Kami sudah mundur. Bukan gagal, tetapi kami memutuskan mundur dari bidding selanjutnya,” ujar Wakil Direktur Utama PermataBank Herwidayatmo.
Pemerintah menilai, penjual Bank Muamalat mematok harga kelewat tinggi, yaitu 3,2 kali rasio harga saham terhadap laba bersih per saham.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengungkapkan, harga tersebut terlampau tinggi karena rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (price to earning ratio atau P/E Ratio) perusahaan sejenis berada di kisaran 2-2,2 kali.
Selama 2010, Bank Muamalat bisa meraih keuntungan sebesar Rp 238,2 miliar atau naik 200 persen dari Rp 78,7 miliar pada 2009. Dirut Bank Muamalat Arviyan Arifin mengatakan, pencapaian laba yang signifikan ini karena keberhasilan mengelola dana pihak ketiga (DPK).
Pada kuartal pertama tahun 2011, DPK Muamalat naik 54,7 persen jadi Rp 17,5 triliun dibanding periode yang sama tahun 2010. Sementara asetnya naik dari Rp 16 triliun pada 2009 jadi Rp 21,5 triliun pada 2010.
Direktur Program Ekonomi dan Finance Islami Universitas Trisakti Sofyan S Harahap tidak mempermasalahkan penjualan saham Muamalat ke asing. Yang terpenting, tidak merusak kaidah syariah bank tersebut. [rm]REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tiga investor telah menyatakan keseriusannya kepada Bank Indonesia untuk membeli Bank Muamalat. Hingga kini tercatat delapan investor yang mengincar pionir bank syariah di tanah air itu.
Direktur Direktorat Perbankan Syariah, Mulya Siregar, menyatakan terdapat tiga investor lokal dan lima investor asing yang berminat meminang Muamalat. Tiga investor lokal itu adalah Saratoga milik Sandiaga Uno, Para Group yang dipimpin Chairul Tanjung, dan Bank Mandiri. Sedangkan lima investor asing tersebut adalah Qatar Islamic Bank, OCBC Overseas, Standard Chartered, Bearing Bank, dan Overseas Chinese Banking. “Namun sampai sekarang pihak Bank Muamalat belum menjatuhkan pilihan,” katanya, Rabu (13/7).
Ia mengatakan mekanisme akusisi diserahkan BI kepada Bank Mualamat dan investor. Mulya menambahkan, bagi BI, siapa pun yang akan membeli sudah seharusnya mempunyai komitmen jangka panjang terhadap Bank Muamalat. "Jangan sampai baru beli sebentar, lalu dijual setahun kemudian,” katanya. Selain itu, dia berharap agar investor terpilih tidak mengubah visi dan misi yang sudah dibangun Bank Muamalat sejak lama. Tidak masalah apakah yang mengakuisisi itu nonislami atau bukan.
Sementara itu, sejumlah pemegang saham asing di Bank Muamalat saat ini berencana melepas saham mereka. Pemegang saham tersebut adalah Boubyan Bank Kuwait, Saudi Arabian Atwill Holdings Limited, dan Islamic Development Bank (IDB). Saat ini, Boubyan Bank Kuwait dan Saudy Company memiliki masing-masing 24,9 persen saham di Muamalat. Sedangkan IDB sebesar 32 persen.
Pelepasan saham ini dilakukan karena sejumlah alasan. Boubyan Bank Kuwait misalnya melepas saham karena ingin melakukan pemulihan. Akibatnya, bank tersebut akan memfokuskan ekspansinya di kawasan Timur Tengah saja. Sehingga semua investasi yang ada di luar itu akan ditarik. Sedangkan, Saudi Company melepas saham karena merasa sudah terlalu lama memiliki saham Muamalat. “Mereka sudah punya saham bank tersebut sampai 7 tahun, mungkin sudah waktunya menjual,” katanya.
Sementara keputusan IDB dilandasi adanya ketentuan baru perusahaan. Mereka hanya boleh memiliki saham sebuah bank hingga 20 persen saja. Sementara saat ini, porsi saham mereka mencapai 32 persen. Lagipula sudah menjadi karakter IDB untuk melepas saham bank ketika masa pemulihan bank tersebut telah usai. IDB masuk ke Muamalat pada 1998 dan membantu bank tersebut untuk bangkit.
VIVAnews - Mesin tik manual yang sempat populer di abad ke 20 segera punah. Pasalnya, satu-satunya pabrik pembuat mesin tik terakhir di dunia telah memutuskan untuk menghentikan produksinya.
Dilansir dari laman PC Mag, Selasa, 26 April 2011, pabrik terakhir pembuat mesin tik Godrej & Boyce di Mumbai, India, memutuskan untuk menghentikan produksinya sejak mesin ini tergerus oleh kecanggihan teknologi komputer.
"Sejak awal tahun 2000 ke atas, komputer mulai mendominasi. Semua pabrik mesin tik berhenti berproduksi, kecuali kami. Sampai 2009, kami masih memproduksi 10.000 sampai 12.000 mesin tik per tahunnya," ujar manajer operasi Godrej & Boyce, Milind Dukle.
Jumlah itu terlalu sedikit dan memaksa perusahaan itu berhenti memproduksi mesin tik.
Ketika dibuka pada 1950, perusahaan ini memproduksi lebih dari 50.000 mesin tik per tahunnya. Pada 2009, perusahaan ini menghentikan produksi mesin tik alfabet dan menggantinya dengan produksi mesin tik berbahasa Arab.
Mesin tik pertama dikenal dengan nama 'bola ketik' diproduksi di Eropa pada tahun 1870. Perusahaan Remington mulai memproduksi masal mesin tik yang telah dikembangkan tiga tahun kemudian dengan format QWERTY yang masih berlaku sampai sekarang.
Sampai awal 1900an, mesin tik muncul dalam berbagai variasi. Namun pada 1910, semua mesin tik mengikuti standardisasi yang telah ditetapkan secara global, diantaranya adalah peletakan tombol shift dan tombol simbol.
Hal tersebut dikemukakan Wakil Ketua Umum Kadin bidang Teknologi Informasi dan Telekomunikasi Didie W Soewondho di Jakarta, Selasa (14/3).
”Bagaimana tidak kolaps kalau bea masuk komputer jadi diturunkan hingga nol persen. Industri kita belum bisa bersaing. Mereka memilih menutup usaha daripada melanjutkannya dengan penjualannya sangat rendah,” paparnya.
Beberapa merek lokal yang saat ini masih eksis adalah Zyrex, Advan, Byon, dan Ion. Membanjirnya produk komputer impor sekaligus komputer selundupan telah mengubah semangat industri menjadi semangat dagang.
”Para pemilik usaha komputer lokal akhirnya hanya menjadi pedagang saja. Semangatnya untuk menjadi industrialis sudah padam,” tuturnya.
Menurut Didie, pemerintah seharusnya membebaskan bea masuk impor untuk komponen komputer. Namun yang terjadi, pemerintah justru menerapkan bea masuk sebesar 5-10 persen bagi komponen komputer rakitan. Padahal, pemain komputer rakitan sangat banyak dan hampir semuanya merupakan UKM.
Di Indonesia, jumlah UKM yang bergerak di perakitan komputer berkisar 5.000 unit. Sebagian besar komputer yang digunakan masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah, adalah jenis rakitan. ”Kalau bea masuknya saja 5-10 persen, bagaimana mereka bersaing dengan komputer jadi yang bea masuknya nonpersen,” katanya.
Didie mengatakan, pihaknya akan segera melaporkan masalah tersebut ke menteri perekonomian. Dia berharap menteri perekonomian bisa berkoordinasi dengan kementerian yang terkait dengan kebijakan tersebut.
Kebutuhan komputer di Indonesia per tahun mencapai 12 juta unit. Dari jumlah tersebut sebanyak 60 persen dipenuhi dari produksi dalam negeri, baik rakitan maupun komputer jadi. Sisanya dari komputer impor, terutama dari China. Dibandingkan jumlah penduduk, yang sudah menembus 230 juta, angka penetrasi komputer di Indonesia masih sangat rendah, yakni berkisar 5 persen.
”Ke depan, pangsa komputer masih sangat terbuka lebar. Di Thailand, penetrasi komputer tiap tahun sekitar 55 persen dari total jumlah penduduk,” katanya.
Harus diperkuat
Menurut Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto, sektor industri komputer harus dipersiapkan untuk menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2015.
”Industri dalam negeri harus diperkuat. Jika tidak, pasar potensial kita akan diambil negara lain. Banyak negara yang mengincar pasar Indonesia karena potensi jumlah penduduk yang cukup banyak,” ujarnya.
Dia menambahkan, dengan kepemimpinan Indonesia di ASEAN saat ini seharusnya Indonesia bisa lebih banyak melakukan pembenahan internal untuk menyongsong masyarakat ekonomi ASEAN.
”Jadi, fokusnya jangan hanya pada regional, tetapi juga internal sendiri,” katanya. (ENY)
http://cetak.kompas.com/read/2011/03/16/0355555/tujuh.pabrik.komputer.lokal.gulung.tikarHOUSTON, KOMPAS.com — Soal pengembangan teknologi otomotif, terutama mengarah ke mobil hybrid atau listrik, ternyata Amerika tertinggal jauh dibandingkan negera-negara Asia. Itu karena, baterai lithium-ion, yang menjadi salah satu komponen utama kendaraan ramah lingkungan, yang dibutuhkan para produsen mobil di negeri Paman Sam sangat bergantung pada produk luar.
Seperti dilaporkan Dow Jones (9/3), tingginya harga minyak dunia mencapai 100 dollar AS per barrel, memaksa prinsipal mobil Amerika seperti General Motors dan Ford Motors tidak bisa tidak harus memasarkan kendaraan hibrida pada 2012. Tujuannya agar efisiensi bahan bakar bisa lebih tinggi, mengingat teknologi hibrida perpaduan mesin bensin dan listrik.
Bila sampai terdesak segera memasarkan kendaraan ramah lingkungan, GM, Ford, dan produsen mobil AS lainnya berada pada posisi kurang menguntungkan. "Mereka sangat bergantung pada baterai atau mengimpor teknologi dari Jepang, China, dan negara-negara Asia lainnya untuk pengadaan baterai lithium-ion," ungkap Menahem Anderman, Presiden dari perusahaan riset Advance Automotive Baterries.
Dalam konferensi energi IHS CERA, Selasa (8/3), Anderman menegaskan, kalau ada perlombaan bikin baterai untuk mobil listrik atau hibrida, Amerika menduduki peringkat keempat berada di belakang China, Jepang, dan Korea Selatan. Amerika tergolong terlambat dalam mengalokasikan dana R&D untuk komponen tersebut.
Apalagi, GM dalam dua tahun ke depan akan memproduksi 175.000 unit Chevy Volt (hybrid). "Ketika perusahaan mulai mengembangkan mobil hibrida dua tahun lalu, mereka harus melihat ke Asia yang banyak persediaan baterai, menambah waktu dan uang untuk pengembangannya," ujar Britta Gross, Direktur Sistem Enegi Global GM. Ia menambahkan, untuk Volt ini, GM harus pergi ke Korea Selatan untuk menemukan bahan lithium sel.
China menjadi salah satu penyedia baterai lithium-ion terbesar di dunia. Para pabrik pembuat komponen tersebut menikmati keuntungan, baik dari segi keuangan maupun tenaga kerja.
Editor: Bastian
JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia merilis peringkat perbankan dari segi aset dan market share. Tujuh bank yang masuk peringkat sepuluh besar tak mengalami perubahan poisisi, sedangkan tiga bank lainnya bertukar posisi.
Pada 2009, PT BII Tbk menempati peringkat delapan, PT BTN Tbk peringkat sembilan, dan PT Bank Permata Tbk menempati peringkat sepuluh.
Berikut peringkat bank pada akhir tahun 2010:
Nama Bank | Aset (triliun) | Market share (%) |
1. PT Bank Mandiri Tbk | Rp 410,619 | 13,650 |
2. PT BRI Tbk | Rp 395,396 | 13,140 |
3. PT Bank Central Asia Tbk | Rp 323,345 | 10,750 |
4. PT BNI Tbk | Rp 241,169 | 8,020 |
5. PT Bank CIMB Niaga Tbk | Rp 142,932 | 4,750 |
6. PT Bank Danamon Tbk | Rp 113,861 | 3,780 |
7. PT Pan Indonesia Bank Tbk | Rp 106,508 | 3,540 |
8. PT Bank Permata Tbk | Rp 74,040 | 2,460 |
9. PT BII Tbk | Rp 72,030 | 2,390 |
10.PT BTN Tbk | Rp 68,334 | 2,27 |
(Dyah Megasari/Kontan)
Perubahan strategi bisnis perlu dilakukan sesuai dengan perubahan yang terjadi baik pada lingkungan eksternal maupun lingkungan internal organiasi. Untuk hal tersebut kita perlu selalu memantau perubahan yang terjadi pada faktor-faktor kunci dari lingkungan tersebut. Blog ini berupaya untuk mencatatkannya.