Selasa, 30 Juni 2009

Keterkaitan antara Berbagai Faktor Ekonomi


Penurunan Bunga Kredit Tunggu SUN

Artikel Terkait:
Lagi, BTN Turunkan Suku Bunga
Miranda: "No Free Lunch"
Kadin Usulkan Insentif agar Bank Turunkan Bunga Kredit
Penurunan Bunga KPR Sudah Mendesak
Bunga Deposito Mulai Turun, Bunga Kredit Tunggu Dulu


Rabu, 1 Juli 2009 | 11:23 WIB

JAKRTA, KOMPAS.com - Perbankan masih menghadapi kendala untuk segera menurunkan lagi suku bunga kreditnya selain suku bunga simpanan juga menunggu penurunan imbal hasil surat utang negara (SUN). Karena itu, penurunan suku bunga bank tidak semudah yang diperkirakan , sebab harus melalui beberapa tahapan, meski Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan bunga BI Rate hingga mencapai tujuh persen.

Bunga kredit bank sebenarnya sudah beberapa kali turun yang sebelumnya mencapai 16 persen kini menjadi 13 persen. Namun suku bunga kredit itu dinilai masih tinggi. Dunia usaha menginginkan tingkat suku bunga bank bisa turun mencapai 10 persen dari sekarang dalam upaya memicu pertumbuhan ekonomi tumbuh lebih baik.

Pengamat ekonomi Fauzi Ikhsan Senin di Jakarta, mengatakan, penurunan bunga kredit perbankan akan menunggu penurunan imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN). "Perbankan di saat seperti ini tentu lebih suka memasukkan uangnya di SUN dibandingkan disalurkan ke kredit. Tentu saja SUN dinilai lebih aman saat ini, dengan imbal hasilnya yang tinggi juga menjadi daya tarik. Jadi perbankan ke depan sulit untuk menurunkan suku bunganya, kecuali imbal hasil SUN turun cepat," kata Fauzi yang juga ekonom senior Standard Chartered Bank.

Menurut dia, kondisi perbankan saat ini juga tidak memiliki banyak pilihan. Perbankan tetap akan memberikan bunga kredit yang cukup tinggi sesuai dengan risiko yang masih di hadapi. Apalagi, instrumen keuangan seperti SUN dan sukuk yang menawarkan imbal hasil yang cukup tinggi yang bisa menjadi tempat penempatan dana yang menarik bagi bank.

Di sisi lain, instrumen itu juga menjadi pesaing perbankan dalam merebut dana pihak ketiga, sehingga pilihan perbankan untuk menurunkan suku bunga menjadi sangat kecil.

Sementara itu, pengamat ekonomi Tony A Prasetyantono mengatakan, perbankan saat ini masih menunggu aliran dana dari luar masuk kembali ke Indonesia (capital inflows) guna mendorong pelonggaran likuiditas sehingga dapat memberikan ruang untuk menurunkan suku bunga kreditnya.

Ia mengatakan, perbankan saat ini masih menunggu aliran dana dari luar masuk kembali ke Indonesia guna mendorong pelonggaran likuiditas sehingga dapat memberikan ruang untuk menurunkan suku bunga kreditnya. "Saya berharap, ke depan kita masih punya dua momentum untuk menarik arus modal asing untuk memperkuat rupiah dan memperlonggar likuiditas. Jika ini terealisasi, saya yakin bisa menjadi modal bank untuk menurunkan suku bunganya," katanya.

Ia menjelaskan dua momentum tersebut adalah pengumuman inflasi pada bulan Juni. Bila inflasi masih sangat terkendali, hal itu akan dinilai perekonomian Indonesia masih tetap baik. Hal ini akan menarik investor untuk masuk ke Indonesia.

Kedua, menurut dia adalah pelaksanaan pemilihan presiden. Bila nantinya pemilihan presiden berjalan dengan lancar. Hal ini akan memperkukuh pandangan Indonesia yang memiliki stabilitas politik yang baik.

Sangat penting

Direktur OCBC NISP, Rama Pranata Kusumah juga mengatakan, penurunan suku bunga dana simpanan sangat penting untuk menekan bunga kredit yang saat ini masih berkisar 14-18 persen. "Penurunan suku bunga simpanan sangat diharapkan agar perbankan kembali menurunkannya suku bunga kreditnya," ujarnya.

Menurut dia, suku bunga kredit yang tinggi itu mempersulit debitur mencari pinjaman di bank, karena mereka merasa khawatir tidak dapat mengembalikan pinjaman terrsebut. "Debitor tidak berani mengambil risiko mencari pinjaman kredit bank karena tingkat bunga kredit bank yang masih tinggi," ucapnya.

OCBC NISP sendiri, sebutnya, telah mematok suku bunga deposito sebesar delapan persen dan bunga kredit yang berkisar 12 sampai 14 persen.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi triwulan kedua 2009 yang diperkirakan makin membaik, sehingga perbankan diminta harus dapat mempersiapkan diri menyalurkan kredit kepada debitur. "Suku bunga kredit yang makin turun akan memicu pelaku usaha mencari dana baru untuk meningkatkan usaha yang selama tersendat," katanya.

Sementara itu, Kabag Treasury Bank Bumi Arta, Ikko Gunawan mengatakan, banknya telah mematok bunga deposito rupiah untuk periode satu bulan nominal dibawah Rp100 juta 7,5 persen per tahun dan di atas Rp100 juta sebesar 8,25 persen. "Untuk bunga deposito jangka waktu tiga bulan, 6 bulan dan 12 bulan dipatok 8,25 persen per tahun," katanya.

Ikko Gunawan mengatakan, optimis perbankan akan menyesuaikan tingkat suku bunga kredit setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan bunga BI Rate dari 7,25 persen menjadi 7,00 persen. "BI Rate diperkirakan akan kembali turun, apabila laju inflasi Juni 2009 terus membaik," ujarnya.

Selain itu, Bank Mega Tbk juga telah mematok bunga deposito sebesar 5,5 persen, sedangkan untuk bunga deposito tiga bulan sampai 12 bulan dipatok sebedsar 7,5 persen. Sedangkan deposito dalam dolar untuk 1 bulan sampai 12 bulan mencapai 1,75 persen.

EDJ
Sumber : Ant

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/07/01/11232628/penurunan.bunga.kredit.tunggu.sun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar