Senin, 06 Juli 2009

Ekspor kopi 2009 diperkirakan turun


Waduh... Ekspor Kopi Anjlok 40 Persen

KOMPAS/HELENA F NABABAN


Selasa, 7 Juli 2009 | 11:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Nilai ekspor kopi di Indonesia tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan hingga 40 persen dibandingkan tahun lalu.

Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Rachim Kartabrata di Jakarta, Selasa, mengatakan, pada tahun 2008 nilai ekspor kopi mencapai 900 juta dollar AS, tetapi kini menjadi sekitar 630 juta dollar AS atau turun hingga 40 persen.

Ia menjelaskan, turunnya nilai ekspor kopi Indonesia tahun ini dikarenakan krisis keuangan dunia dan telah membuat harga kopi Indonesia di pasar internasional anjlok. "Harga kopi anjlok sejak tanggal 1 Oktober 2008 silam dan saat ini harga kopi robusta turun dari 2,2 dollar AS menjadi 1,1 dollar per kg. Untuk jenis arabika turun dari 2,8 dollar menjadi 2,3 dollar," katanya.

Ia mengatakan, turunnya harga kopi dikarenakan buruknya cuaca di daerah sentra penghasil kopi sehingga kualitas produksi kopi dari daerah cenderung turun.

Ia menjelaskan, turunnya harga kopi juga dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain faktor fundamental, yaitu kondisi fisik biji kopi yang ditawarkan, faktor sentimen pasar, yaitu hasil panen turun akibat bencana atau cuaca buruk, dan faktor dari dua terminal di London dan New York, yaitu para pemain bursa komoditas di pasar internasional.

Sementara itu, volume produksi kopi pada tahun ini juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. "Tahun 2008 volume kopi Indonesia mencapai 420.000 ton, kini tahun 2009 turun 20 persen menjadi 350.000 ton dengan 80 persennya kopi robusta dan sisanya kopi arabika," ujarnya.

Ia menambahkan, negara potensial untuk pasar kopi robusta masih didominasi kawasan Eropa Barat, Jepang, Eropa Timur, dan Amerika, sedangkan untuk jenis kopi arabika negara potensial didominasi oleh Amerika dan Jepang.

"Secara global peminum kopi kebanyakan dari jenis arabika yang persentasenya mencapai 70 persen berbanding 30 persen dengan kopi robusta," sebutnya.

Dia menjelaskan, kopi arabika memiliki cita rasa dan aroma yang selalu lebih unggul dibandingkan kopi robusta. Karena itu, katanya, kopi robusta hanya sebagai pelengkap pasar.

AEKI mengimbau kepada pemerintah agar lebih memberi perhatian pada sektor riil bukan ke moneter dengan membuat langkah-langkah untuk memperbaiki harga kopi.

EDJ
Sumber : Ant

Tidak ada komentar:

Posting Komentar