Kamis, 10 Desember 2009

Industri Plastik RI Juga Terancam FTA-ASEAN


Selasa, 27/10/2009 15:38 WIB
Industri Plastik RI Juga Terancam FTA-ASEAN
Suhendra - detikFinance


Ilustrasi (Ist)

Jakarta - Sektor usaha industri plastik tergabung dalam Asosiasi Industri Olefin aromatik dan plastik Indonesia (INAplas) mendesak pemerintah untuk menunda pelaksanaan Free Trade Agreement (FTA) ASEAN termasuk dengan mitra negara seperti China, India dan lainnya.

INAplas mengharapkan agar pemerintah menunda pelaksanaan FTA-ASEAN hingga 2015 dari seharusnya pada Januari 2010.

"Memang permintaan seperti ini, di sektor lain juga melakukan permintaan penundaan. Dari kami terutama dari hilir (barang jadi) akan terpengaruh, hasilnya permintaan ke kita (plastik hulu) juga akan terpengaruh," kata Wakil Ketua Umum INAplas Edi Riva'i dalam acara konferensi pers di Jakarta, Selasa (27/10/2009).

Edi menjelaskan alasan penundaan ini tidak terlepas dampak negatif yang akan terjadi jika FTA-ASEAN dilakukan. Berdasarkan kajian lembaga riset LETMI-ITB, lanjut dia, disumpulkan bahwa penerapan perdagangan bebas akan menghambat pertumbuhan laju industri plastik termasuk sektor hulu.

"Kalau implementasi ditunda, maka kita bisa mendapat kesempatan untuk meningkatkan kapasitas hingga 2015," katanya.

Ia mengatakan FTA tersebut juga akan menghantam sektor industri plastik secara keseluruhan dari sisi hulu dan hilir. Dikatakannya FTA-ASEAN dengan China memberi peluang besar bagi terancamnya sektor hilir plastik (barang jadi) produk dalam oleh produk China karena bea masuknya 0%.

"Cepat atau lambat akan banyak industri yang terpaksa mengurangi produksi atau menutup pabriknya karena kalah bersaing dengan produk dari luar," katanya.

Ia mengatakan kondisi industri khususnya untuk sektor hilir seperti pabrik karung, kantong plastik, BOPP dan IPP, peralatan rumah tangga, kantong makanan dan air minum dalam kemasan memiliki tingkat pemanfaatan kapasitas produksi dikisaran 80% sampai 100%.

Jika FTA terjadi pada tahun depan utilisasi tersebut dikhawatirkan akan turun menjadi 58% karena membanjirnya produk impor termasuk dari negara ASEAN dan China.

Tambah Kapasitas Produksi Untuk Atasi Defisit

Dalam menghadapi pemenuhan kebutuhan dalam negeri, pelaku usaha produsen plastik hulu (polypropylene/bahan baku plastik) akan melakukan peningkatan kapasitas produksi yang ditargetkan pada tahun 2011 akan beroperasi. Saat ini utilisasinya sudah mencapai 90%, artinya sudah mendekati titik maksimum produksi.

Saat ini produksi sektor hulu produk polypropylene (PP) mencapai 850. 000 ton, dengan kebutuhan dalam negeri mencapai 860.000 ton sehingga kondisinya masih defisit.

Rencana tambahan kapasitas produksi berasal dari rencana ekspansi tambahan 180.000 ton oleh PT Tri Polyta dan 100.000 ton oleh PT Polytama mulai pertengahan tahun 2010 nanti.



(hen/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar