Kamis, 10 Desember 2009

Produk Furnitur RI Terancam FTA dengan China


Selasa, 18/08/2009 17:29 WIB
Produk Furnitur RI Terancam FTA dengan China
Suhendra - detikFinance


Produk Mebel RI (dok detikFinance)

Jakarta - Penerapan Free Trade Agreement (FTA) dengan China untuk produk mebel pada 2010 diperkirakan akan memangkas komposisi pasar permebelan lokal di pasar dalam negeri dari 80% menjadi 55%.

Produk mebel Indonesia berbasis panel akan sulit bersaing dengan produk mebel panel asal China yang terkenal murah.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Sae Tanangga Karim saat ditemui di kantor Departemen Perdagangan, Selasa (18/8/2009).

Ia mengatakan dampak perdagangan bebas dengan China dari sisi ekspor tidak akan berpengaruh besar bagi produk permebelan Indonesia, namun yang dikhawatirkan adalah dampak impornya akan sangat terasa jika FTA dengan China di lakukan pada 2010.

"Akan ada kenaikan impor, pengusaha dalam negeri yang berorientasi lokal akan kena dampaknya karena didominasi asing karena barangnya murah. Sekarang penguasaan produk kita di didalam negeri masih 80 % kalau FTA masuk maka bisa 55-60% saja," terangnya.

Karim memperkirakan konsumsi mebel di dalam negeri per tahunnya rata-rata mencapai US$ 1,5 miliar. Dari nilai sebesar itu produk-produk mebel berbasis kayu ukiran klasik seperti Jepara akan bisa bertahan, namun untuk jenis mebel seperti panel akan sangat tergerus oleh produk China.

"Sekarang ini harga produk mebel China lebih murah 20%, kalau ada FTA maka bea masuknya 0%, jadi bisa lebih murah lagi. Itu yang mengerikan," tandasnya.

Harga yang lebih murah hingga 20% bagi produk China tersebut padahal sudah dikenakan bea masuk sebesar 15%. Sedangkan jika FTA berlaku maka produk tersebut dikenakan 0%, maka sudah dapat dipastikan berapa besar penurunan harganya.

"Kalau tahun 2010 pajaknya 0%, sedangkan sekarang 15% saja sudah murah, kalau 0% bisa mati semua. Mungkin 2012 itu, atau 2-3 kedepan baru bisa dilaksanakan," ucapnya.

Ia mengharapkan agar pemerintah mempertimbangkan penundaan selama 3 tahun bagi produk mebel dalam perdagangan bebas China atau mulai berlaku pada 2012 dari jadwal yang ditetapkan 2010. Hal ini penting untuk persiapan bagi industri dalam negeri untuk memperluas pangsa pasarnya.

"Kalau tahun 2010 industri kita belum siap," jelas Karim.



(hen/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar